Jika mendengar kata 'kerbau', Kawan GNFI pasti sudah tidak asing lagi, 'kan? Mamalia berwarna keabuan tersebut terkenal sebagai hewan yang membantu petani membajak sawah. Di beberapa daerah, kerbau juga menjadi hewan yang dikurbankan selain sapi, domba, dan kambing. Namun, apakah Kawan GNFI pernah melihat kerbau mandi di sungai di zaman modern ini?
Peristiwa kerbau mandi menjadi pemandangan baru bagi kami, tim KKN UGM Unit Ngemplak, khususnya yang akan menempati Kelurahan Bimomartani.
Pada hari pertama kami menginjakkan kaki di rumah Pak Hanang, Kepala Dukuh Purwobinangun (yang akan menjadi tempat kami menginap selama 50 hari ke depan), tiga ekor kerbau bersama seorang penggembala melintas di depan rumah. Seluruh anggota tim sontak menoleh untuk menyaksikan peristiwa langka itu.
Maklum, sebagian besar dari kami berdomisili di sekitar UGM sehingga sangat jarang melihat binatang selain kucing, anjing, dan ayam. Salah satu anggota tim kami bahkan bercerita bahwa ia terakhir kali melihat kerbau saat ia masih kecil.
Bersama Masyarakat, Tim KKN-PPM UGM Kelana Kendal Optimalkan Potensi UMKM di Desa Majasem
"Kerbau itu lewat sini setiap hari, pagi, siang, dan sore," ucap Pak Hanang menjawab keheranan kami. Saat itu, kami langsung tahu bahwa kami akan meluangkan waktu di tiga waktu tersebut untuk melihat 'perjalanan' kerbau itu.
Berbekal antusiasme dan rasa penasaran, di suatu sore—tepat seperti ungkapan 'kerbau turun berendam'—kami akhirnya membuntuti bapak penggembala. Setelah menyusuri jalan sempit di samping pos ronda, kami sampai di sebuah sungai kecil. Sebelum masuk ke sungai, tiga ekor kerbau tadi memakan tanaman-tanaman liar yang tumbuh di sekitar sungai.
Setelah kenyang, bapak penggembala menuntun mereka untuk menceburkan diri. Sungai tersebut tidak terlalu dalam untuk bisa merendam seluruh badan kerbau. Secara bergantian, kerbau-kerbau itu disikat mulai dari bagian punggung hingga kaki. Setelahnya, mereka disiram dengan air untuk menghilangkan sisa kotoran.
Bapak penggembala juga melatih kerbau-kerbau itu untuk buang air kecil. "Supaya tidak mengotori kandang," ucapnya menjawab keheranan kami.
Waktu mandi telah selesai. Bapak penggembala berkali-kali menuntun kerbau-kerbau itu untuk keluar dari sungai. Namun, mereka tidak kunjung keluar. Kerbau-kerbau itu masih asyik berendam dan bermain di sungai. Gerak geriknya persis seperti seorang balita yang tidak mau menyudahi proses mandinya.
Seulas senyum muncul di bibir kami masing-masing selama menyaksikan proses memandikan kerbau itu. Beberapa dari kami juga mengabadikan peristiwa itu menggunakan ponsel masing-masing. Ada juga yang langsung mengunggahnya di akun Instagram masing-masing.
Kepala Dusun Jatirejo dan Mahasiswa KKN-PPM UGM Resmikan Lampu Tenaga Surya
Kami membuntuti si penggembala lagi untuk pulang. Sesekali, kerbau-kerbau itu menguak ketika bapak penggembala menepuk punggung mereka menggunakan tongkat. Asumsi kami, mungkin itu bentuk perlawanannya.
Kerbau-kerbau itu mungkin merasa rute dari kandang ke sungai dan sebaliknya sudah di luar kepala sehingga tidak perlu tuntunan dari penggembalanya. Kami sampai di teras rumah dan kerbau-kerbau itu melanjutkan perjalanannya kembali ke kandang.
Perlahan, kami menyadari bahwa penempatan KKN di Kelurahan Bimomartani adalah hal yang tepat. Meski baru beberapa hari kami tinggal di sini, kami telah menemukan banyak hal baru. Salah satunya adalah peristiwa memandikan kerbau ini. Selain menambah pengalaman, kerbau-kerbau ini juga menjadi hiburan bagi kami.
Tujuh hari pertama kami sibuk berdiskusi untuk merancang program kerja untuk diterapkan di Kelurahan Bimomartani. Adanya kerbau yang melintas di tengah-tengah waktu diskusi cukup mengurangi kepenatan kami. Seandainya kami tidak ditempatkan di Bimomartani, kapan lagi kami bisa melihat kerbau mandi?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News