mengenal tari cokek tari tradisional asal betawi - News | Good News From Indonesia 2024

Mengenal Tari Cokek, Tari Tradisional Asal Betawi

Mengenal Tari Cokek, Tari Tradisional Asal Betawi
images info

Tari Cokek merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari budaya Betawi tempo dulu. Tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan gerak, tetapi juga menyimpan nilai sejarah dan budaya yang kaya. Yuk, simak ulasan lengkap mengenai asal-usul, sejarah, makna, fungsi, properti, jumlah penari, dan keunikan Tari Cokek.

Baca Juga : Mengenal Tari Kipas Serumpun dan Pakarena: Sejarah, Properti, dan Makna

Asal dan Sejarah Tari Cokek

Tari Cokek adalah tarian yang lahir dari perpaduan budaya Cina, Banten, dan Betawi. Tarian ini pertama kali muncul pada awal abad ke-19, dibawa oleh para pedagang Tiongkok dan Tan Sio Kek yang sering mengadakan pesta di rumahnya.

Selama pesta, Tan Sio Kek mempersembahkan hiburan khas Tiongkok dengan alat musik seperti rebab dua dawai yang dikombinasikan dengan gong, kendang, dan suling khas Betawi. Iringan musik ini menciptakan irama yang mengajak para tamu untuk menari, sehingga lahirlah tari Cokek.

Nama "Cokek" diambil dari kata "cukin" yang berarti selendang. Awalnya, tari ini dikenal sebagai tari Sipatmo dan dipentaskan dalam upacara adat di Vihara dan Klenteng. Tari Cokek juga berkembang berkat para tuan tanah Tionghoa sebelum Perang Dunia II, dan kelompok tari ini dimiliki oleh orang-orang keturunan Tionghoa.

Cokek juga merujuk pada penyanyi sekaligus penari yang diundang untuk memeriahkan pesta, membantu tamu dengan menyajikan minuman dan makanan sambil menari dengan luwes. Seiring waktu, tari Cokek menjadi tarian pergaulan yang diiringi oleh musik gambang kromong dengan penari perempuan yang disebut wayang cokek.

Para tamu biasanya diajak untuk menari bersama penari Cokek, yang dikenal sebagai ngibing Cokek. Dalam tarian ngibing, seringkali tamu juga minum minuman keras untuk menambah semangat.

Menurut buku "Batavia 1740 – Menyisir Jejak Betawi" (2010) oleh Windoro Adi, penari Cokek belajar dari guru tari yang datang dari China, sehingga gerakan tariannya banyak dipengaruhi oleh tarian China. Dahulu, penari Cokek seringkali adalah perempuan muda yang menjadi budak.

Tari Cokek menjadi bentuk tarian pergaulan bagi masyarakat Betawi, menggabungkan nilai budaya Betawi dan budaya luar. Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), tari Cokek sering ditampilkan dalam perayaan pernikahan, selamatan keluarga, dan acara hiburan lainnya.

Kini, tari Cokek populer di Jakarta dan daerah sekitarnya seperti Tangerang Banten, dan tidak hanya didominasi oleh masyarakat keturunan Tionghoa tetapi juga oleh warga pribumi. Baik sebagai penari maupun penonton, semua ikut berbaur dalam menikmati tarian ini.

Baca Juga : Kebo Kinul, Tarian Panen Padi dari Sukoharjo 

Makna Tari Cokek

Mengutip Singgih Wibisono dalam buku Ikhtisar Kesenian Betawi, Tari Cokek tidak hanya menjadi seni tradisional khas Betawi, tetapi pada masa lalu juga berfungsi untuk memikat tamu lelaki agar ikut menari atau ngibing. Karena itu, tarian ini sering disebut sebagai tarian pergaulan.

Selain itu, beberapa gerakan dalam Tari Cokek memiliki makna khusus yang positif. Misalnya, gerakan tangan ke atas yang berarti meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga gerakan yang mengarah ke mata, melambangkan upaya manusia menjaga kebersihan, terutama dari hal-hal negatif. Gerakan terakhir yang penting adalah menunjuk kening, yang mengingatkan manusia untuk menggunakan akal mereka dalam memikirkan hal-hal yang positif.

Fungsi Tari Cokek

Tari Cokek memiliki fungsi yang beragam, yaitu sebagai hiburan, pergaulan, religi, edukasi, dan ekonomi. Fungsi-fungsi ini mencerminkan kekayaan budaya Betawi dan menjadikannya sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang patut dilestarikan. Tari Cokek memiliki beberapa fungsi utama, yaitu:

  • Tari Cokek sebagai seni pertunjukan yang bersifat pergaulan, bertujuan untuk menghibur penonton. Tarian ini biasanya ditampilkan dalam berbagai acara seperti pernikahan, selamatan keluarga, festival budaya, dan penyambutan tamu. Gerakannya yang lincah, ekspresi yang genit, dan alunan musik yang ceria menjadikan Tari Cokek sebagai hiburan yang menarik bagi para penonton.
  • Tari Cokek berfungsi sebagai sarana pergaulan bagi masyarakat Betawi. Dalam pertunjukannya, para penari Cokek akan mengajak para tamu undangan untuk menari bersama, yang disebut dengan ngibing. Hal ini sebagai upaya untuk menjalin keakraban dan mempererat silaturahmi antar sesama.
  • Pada masa lampau, Tari Cokek memiliki fungsi religi, yaitu sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen yang berlimpah. Tarian ini biasanya ditampilkan dalam ritual-ritual tertentu, seperti sedekah bumi dan bersih desa.
  • Tari Cokek juga memiliki fungsi edukasi, yaitu untuk menyampaikan nilai-nilai budaya Betawi kepada generasi muda. Melalui gerakan dan syair lagu yang dinyanyikan, para penari Cokek menyampaikan pesan-pesan moral dan budi pekerti luhur kepada para penonton.
  • Tari Cokek dapat menjadi sumber pendapatan bagi para penarinya. Penampilan mereka di berbagai acara dibayar dengan uang, sehingga tari ini dapat membantu meningkatkan taraf hidup mereka.

Properti Tari Cokek

Penari Cokek biasanya mengenakan baju kurung dan celana panjang dengan warna seragam seperti merah, biru, kuning, merah muda, atau ungu. Bagian bawah celana dihiasi dengan ornamen yang warnanya sesuai dengan celana.

Penari juga memakai selendang panjang yang diikat di pinggang dan dibiarkan terurai untuk dikibaskan saat menari. Rambut penari disisir rapi, kadang dikepang, dan dihias dengan sanggul besar serta tusuk konde yang bergoyang saat menari. Hiasan tambahan berupa benang wol yang dikepang atau dirajut disebut burung hong, berasal dari istilah feng huang dalam bahasa Hakka dari China Daratan, dan dianggap membawa keberuntungan.

Selain kostum, penari Cokek menari dengan iringan musik dari alat-alat musik seperti gambang kromong, kendang, kecrek, sukong, kongahyan, tehyang, gong, suling, dan lainnya.
Panggung juga menjadi bagian penting dalam pertunjukan tari Cokek. Panggung dihias agar terlihat menarik dan luas, karena saat menari, tidak hanya penari yang berada di panggung, tetapi juga tamu undangan yang diajak menari bersama.

Baca Juga : Tari Remo dari Jombang yang Menjadi Tradisi dalam Budaya Penyambutan Tamu

Jumlah Penari Tari Cokek

Biasanya, para penari Cokek terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu para musisi yang bertugas memainkan gambang kromong, sekitar tujuh orang, yang biasanya menempati area di samping atau belakang panggung dalam kelompok-kelompok.

Selain itu, ada juga para penari, sekitar lima hingga sepuluh perempuan, yang berbaris panjang di panggung dan mengikuti irama serta ritme musik. Namun, pada beberapa pertunjukan besar, jumlah penari bisa lebih banyak untuk menambah kemeriahan dan keindahan tarian.

Karena jumlah personil yang banyak di atas panggung, panggung haruslah lebar, terutama karena ada gerakan memutar-mutar dalam lingkaran.

Keunikan Tari Cokek

Berikut adalah beberapa keunikan yang membedakan Tari Cokek dari tarian tradisional lainnya:

1. Akulturasi Budaya

Tari Cokek adalah contoh nyata akulturasi budaya antara Budaya Betawi dengan budaya Cina dan Banten. Melalui unsur musik, gerakan, dan kostum, Tari Cokek berhasil menyatukan berbagai elemen budaya menjadi satu kesatuan yang harmonis.

2. Interaksi dengan Penonton

Salah satu ciri khas Tari Cokek adalah interaksi langsung antara penari dan penonton. Para penari sering mengajak penonton untuk ikut serta menari, menciptakan atmosfer yang akrab dan mengundang partisipasi aktif dari penonton.

3. Penyampaian Pesan Melalui Gerakan

Gerakan dinamis dan ekspresif dalam Tari Cokek tidak hanya untuk memperindah pertunjukan, tetapi juga mengandung pesan-pesan sosial dan budaya. Setiap gerakan memiliki makna dan menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi.

4. Kombinasi Musik Tradisional

Tari Cokek diiringi oleh musik tradisional Betawi seperti gambang kromong, kendang, dan gong, yang memberikan nuansa khas pada pertunjukan. Kombinasi musik ini memberikan latar yang indah dan memukau bagi para penonton.

Sumber:
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=1960
https://www.senibudayabetawi.com/6435/tari-cokek-tempo-dulu-dan-kini.html
https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/news_web/detailnews/tari-cokek-betawi
https://museumnusantara.com/tari-cokek/#google_vignette

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AN
MP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.