krisis iklim meningkat 18 orang indonesia menyangkal perubahan iklim disebabkan manusia - News | Good News From Indonesia 2024

Krisis Iklim Meningkat, 18% Orang Indonesia Menyangkal Perubahan Iklim Disebabkan Manusia

Krisis Iklim Meningkat, 18% Orang Indonesia Menyangkal Perubahan Iklim Disebabkan Manusia
images info

Gelombang panas yang terjadi di Asia Tenggara telah menarik perhatian dunia. Jutaan orang telah terdampak oleh cuaca panas ekstrem ini, termasuk di Filipina, Thailand, dan Bangkok.

Namun, meskipun suhu di Indonesia semakin meningkat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa Indonesia tidak mengalami gelombang panas seperti negara lain.

Banyak negara, termasuk Indonesia, telah mengalami dampak buruk dari perubahan iklim. Selain gelombang panas, dampak lainnya termasuk polusi udara yang semakin buruk dan banjir yang semakin sering terjadi.

Bahkan Jakarta, sering kali masuk dalam daftar kota paling tercemar di dunia. Pada tahun 2017, data dari stasiun pemantau udara Kedutaan Besar AS menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta hanya dianggap 'baik' selama 26 hari setiap tahunnya. Akibat polusi udara yang parah ini, harapan hidup penduduk Jakarta telah menurun sebanyak 2,3 tahun dalam beberapa tahun terakhir.

Banjir di Jakarta juga semakin parah karena perubahan iklim, dengan tingkat air yang naik setiap tahunnya. Perubahan iklim memperkuat kejadian hujan ekstrem, menyebabkan banjir semakin intensif.

Ini hanya beberapa dari banyak ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap Indonesia. Situasi ini diperparah oleh kurangnya pendidikan dan kesadaran akan seriusnya masalah ini.

Laporan dari Globalism YouGov-Cambridge menemukan bahwa 18% orang Indonesia yang disurvei tidak percaya bahwa perubahan iklim disebabkan oleh aktivitas manusia. Hal ini mungkin disebabkan oleh fokus media Indonesia yang lebih pada isu agama dan politik daripada isu iklim. Kurangnya edukasi mendalam tentang iklim di sistem pendidikan dan penyebaran informasi yang salah juga turut memperburuk pemahaman ini.

Namun demikian, meningkatnya bencana alam dan polusi udara harus mendorong diskusi tentang solusi yang lebih baik untuk masalah ini.

Dalam hal ini, Indonesia perlu memastikan pemahaman yang lebih baik tentang krisis iklim di antara warganya. Ini membutuhkan dukungan dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan media, yang memiliki sumber daya untuk menyampaikan informasi yang akurat tentang perubahan iklim.

Selain itu, kebijakan lingkungan Indonesia harus sejalan dengan retorika penanganan perubahan iklim yang positif. Indonesia juga dapat belajar dari negara tetangga seperti Australia tentang dampak negatif kebijakan iklim yang buruk.

Meskipun Australia adalah negara maju yang sangat bergantung pada mineral dan sumber daya alam untuk PDB-nya, negara ini belum cukup berinvestasi pada sumber energi yang berkelanjutan, meskipun ada bukti bahwa kebijakan iklim yang lemah dapat merugikan ekonomi. Hal ini menekankan bahwa komitmen pada kebijakan iklim yang baik tidak menghambat pertumbuhan ekonomi.

Tantangan perubahan iklim bisa menjadi lebih besar tanpa perubahan yang berarti. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia dan negara lainnya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang krisis iklim dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak yang terlibat.

Setiap orang dapat berkontribusi untuk bumi yang lebih berkelanjutan. Salah satu cara melakukannya adalah dengan menghemat energi. Dengan mengurangi konsumsi energi, baik listrik maupun bahan bakar, kita dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang mempercepat pemanasan global. Mari bergandengan tangan dan menjadi bagian dari solusi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan sehat bagi planet kita!

Source: https://habibiecenter.or.id/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

DP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.