World Water Forum merupakan ajang perkumpulan internasional dari berbagai stakeholders untuk membahas masalah krusial air di seluruh dunia. World Water Forum 2024 yang diadakan di Bali, Indonesia, menghasilkan berbagai inovasi yang bermanfaat bagi keberlanjutan penggunaan air. Inovasi baik teknologi, sistem, maupun budaya diperlukan untuk membangun kembali keindahan bumi.
Salah satu program unggulan dari pemerintah Indonesia adalah penanggulangan Sungai Citarum yang telah berubah akibat pencemaran dan kerusakan. Sungai Citarum sendiri terletak di Provinsi Jawa Barat dan telah menjadi fokus pembangunan sejak tahun 2018.
Gambaran tersebut terangkum dalam buku berjudul Citarum Harum: Caring for Rivers Saving Lives yang diluncurkan pada perhelatan World Water Forum kali ini. Mari Kawan, kita simak bagaimana perjuangan mereka yang berusaha membenahi Sungai Citarum agar kembali seperti sedia kala.
Situs Batujaya: Jejak Kegemilangan Pelabuhan Internasional Citarum
Problematika Sungai Citarum
Sungai Citarum sebagai sungai terbesar ketiga di Pulau Jawa telah menaungi berbagai macam kehidupan di sekitarnya. Sungai ini telah menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia. Dipercaya bahwa sungai ini telah menjadi pusat peradaban dari zaman Kerajaan Tarumanagara pada abad 4—7 masehi.
Dengan panjang hingga 297 kilometer, sungai ini menjadi sumber air bagi lebih dari 25 juta penduduk di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Citarum juga sebagai sumber irigasi 300.000 hektar pertanian dan pasokan air bagi 3.000 industri sekitar. Namun, sejak tahun 1980-an, sungai ini mulai tercemar akibat pembuangan limbah sembarangan oleh industri tekstil juga meledaknya penduduk di Jawa Barat.
Padahal Sungai Citarum memiliki struktur tanah dan keragaman hayati yang khas. Dalam hutan hujan tropis yang mengitari sungai ini, terdapat beberapa jenis tanaman seperti Tarum Areuy (Marsdenia tinctoria), Rasamala (Altingia excelsa), dan Jamuju (Podocarpus imbricatus). Beberapa ikan endemik juga hadir seperti Hampala (Hampala macrolepidota), Lawalak (Barbodes bramoides), dan Beunteur (Puntius binotatus).
Di balik kehancuran perlahan yang telah berlangsung lama, titik perubahan terjadi ketika seorang jurnalis asal Perancis, Gary A Bencheghib, menyatakan bahwa Sungai Citarum adalah sungai paling kotor sedunia. Sontak hal ini langsung mendapat respon Presiden Jokowi yang berjanji akan membuat sungai ini bersih kembali dalam kurun waktu tujuh tahun.
Program Citarum Harum akan Dikenalkan Pemerintah Indonesia dalam 10th World Water Forum
-Bley-Wikicommon.jpg)
Perjuangan Melawan Pencemaran dan Kerusakan Sungai Citarum
Buku Citarum Harum: Caring for Rivers Saving Lives mencatat perjuangan pemerintah secara bertahap dalam membenahi Sungai Citarum. Pada awalnya, dibentuklah Satuan Tugas pada Perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan (PPK) Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.
Satgas PPK DAS Citarum sendiri terdiri dari gabungan pemerintah, swasta, masyarakat, media, dan juga akademisi. Kelima stakeholders ini bersatu dalam konsep pentahelix yang saling melengkapi dalam bidang politik, bisnis, sosial, komunikasi, hingga riset dan penelitian. Kolaborasi dibutuhkan untuk mempermudah berjalannya proyek ini.
Dengan berfokus pada 12 sektor yang terdiri dari pengelolaan sampah, tanah, sumber air, limbah, pertanian, hingga hukum bisa secara menyeluruh membantu pemulihan Sungai Citarum.
Pada tahun 2018, Water Quality Index (WQI) Citarum sebesar 33.43. Angka WQI Citarum telah meningkat secara signifikan pada tahun 2023 hingga menjadi 50.78 dengan target akhir 60 di tahun 2025. Hal ini menjadi bukti bahwa perjuangan pemerintah berhasil dalam membangun kembali Sungai Citarum .
Program Perbaikan Kualitas Air Sungai Citarum di World Water Forum
Perilisan Buku Citarum Harum: Caring for Rivers Saving Lives
Buku Citarum Harum: Caring for Rivers Saving Lives merupakan perjalanan panjang berbagai pihak dalam membangun kembali keasrian dari Sungai Citarum. Presiden Jowo Widodo telah menginstruksikan pembenahan kawasan sungai ini melalui Perpres Nomor 15 Tahun 2018 dan diharapkan mencapai target pada tahun 2025-2026.
Pada tahun 2024, Program Citarum Harum telah mencapai progress yang baik sehingga sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Barat ini telah kembali bersih. Perjuangan untuk sampai di titik tersebut dirangkum dengan jelas pada buku yang dirilis tepat pada pelaksanaan World Water Forum ke─10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, pada Senin malam 20 Mei 2024.
Perilisan Buku Citarum Harum dilakukan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, yang merangkap Ketua Panitia Nasional Penyelenggara WWF ke─10, Luhut Binsar Pandjaitan. Beliau juga didampingi oleh Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin yang menjadi Komandan Satgas Citarum Harum. Acara ini juga dihadiri oleh 23 Komandan Sektor Citarum Harum yang turut berperan penting dalam keberlangsungan program tersebut.
Dilansir dari laman RRI.co.id, Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan "Buku Citarum Harum ini merupakan dokumentasi komprehensif dan informatif tentang upaya kita dalam mengubah wajah Sungai Citarum dari yang kotor dan tercemar menjadi lebih bersih.” Beliau menyebutkan bahwa program telah terlaksana dengan baik dan menyerahkan buku tersebut kepada presiden sebagai bukti amanat Perpres. Walau belum terlaksana sempurna, program ini diharapkan dapat diteruskan dan menyelesaikan berbagai masalah yang ada.
Kawan dapat mengunduh dan membaca buku ini secara langsung dengan mengakses di laman citarumharum.jabarprov.go.id. Mari dukung dan sebarkan kebaikan tentang pembangunan Indonesia yang berkelanjutan.
Referensi
- Citarum Harum: Caring for Rivers Saving Lives
- https://citarumharum.jabarprov.go.id/world-water-forum-diluncurkan-buku-citarum-harum/
- https://www.rri.co.id/world-water-forum/703269/indonesia-luncurkan-buku-success-story-rehabilitasi-sungai-citarum-di-wwf
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
