di world water forum ke 10 unesco menegaskan komitmen mendukung kelestarian subak di bali - News | Good News From Indonesia 2024

Subak Bali Raih Komitmen UNESCO di World Water Forum ke-10 sebagai Warisan Budaya Dunia

Subak Bali Raih Komitmen UNESCO di World Water Forum ke-10 sebagai Warisan Budaya Dunia
images info

Melalui momentum World Water Forum (WWF) ke-10 yang berlangsung di Nusa Dua pada 18—25 Mei 2024, UNESCO menegaskan kembali komitmennya dalam memberikan dukungan bagi kelestarian sistem pengairan pertanian subak di Bali.

United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB ini meneguhkannya bersama pemerintah Indonesia pada kesempatan gelaran Forum Air Dunia.

UNESCO dan pemerintah Indonesia mengukuh komitmen untuk terus menjaga dan mempertahankan keberlangsungan tata kelola air pertanian khas Bali ini, yang dikenal sejak lama sebagai sebagai bagian dari warisan budaya dunia.

Subak, Sistem Irigasi di Bali yang akan diperkenalkan di World Water Forum ke-10

Subak Warisan Budaya Dunia

Komitmen UNESCO bersama Indonesia ini bagi Subak Bali, mengemuka melalui kesempatan diskusi dalam salah satu sesi penyelenggaraan World Water Forum (WWF) ke-10 bertempat di BICC, Nusa Dua, Selasa (21/5/2024).

Deputy Director General of UNESCO Xing Qu menyampaikan penegasan ini ketika berkesempatan memberikan sambutan pada sesi diskusi dengan bertajuk “Subak and Spice Routes: Local Wisdom Water Management”.

Subak sebagai sebuah sistem irigasi, telah dikenal sejak ribuan tahun silam oleh masyarakat setempat. Tata kelola air pertanian khas Bali ini bertahan hingga kini sebab terpelihara secara turun-temurun.

Sejarah mencatat pada 29 Juni 2012 UNESCO mengeluarkan ketetapan bagi subak sebagai bagian warisan budaya dunia. Hingga UNESCO tetap konsisten memegang komitmen untuk mempertahankannya.

Belajar Subak, Delegasi 10th World Water Forum Bakal Kunjungi Persawahan Jatiluwih

Filosofi Tri Hita Karana

Subak yang khas Bali dan kembali meraih komitmen penuh UNESCO dan pemerintah Indonesia melalui World Water Forum (WWF) ke-10, dikenal secara tata kelola air masyarakat adat Bali melalui mekanisme irigasi dengan landasan filosofi Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana bermakna kelangsungan keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Filosofi ini dipandang mampu menjadi teladan bagi jalinan harmonisasi hubungan antara air dan manusia.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui advokasi bagi perlindungan warisan budaya terkait air. Hal ini menjadi krusial dalam mengatasi tantangan permasalahan air di abad ke-21. Semua ini sangat erat terkait dalam konteks subak.

Deputy Director General Xing Qu kemudian memaparkan berbagai inisiatif dan program yang telah dilakukan oleh UNESCO. Semua upaya UNESCO, untuk meningkatkan promosi dan edukasi berkenaan dengan bagaimana mengelola air secara bijak.

Desa Wisata Jatiluwih Tabanan Bali Siap Unjuk Potensi ke Delegasi Forum Air Sedunia

Inisiatif-Inisiatif Baru di Indonesia

Dalam kerangka komitmen UNESCO bagi subak sebagai warisan budaya dunia, Deputy Director General Xing Qu menggunakan kesempatan sesi diskusi di World Water Forum (WWF) ke-10 untuk menyampaikan sejumlah inisiatif.

Inisiatif yang dikemukakan Xing Qu termasuk memberikan dukungan walam wujud edukasi berkenaan dengan pengelolaan air. Lainnya adalah bagaimana meningkatkan kapasitas dan menyediakan fasilitas untuk kerja sama air secara lintas batas.

Xing Qu mengungkapkan bahwa upaya-upaya ini sejalan dengan semangat yang digaungkan Forum Air Dunia di Bali. Ia juga menyampaikan ajakan untuk melakukan refleksi bagaimana relasi kita dengan air dan bagaimana kita mengonsumsi dan mengolah air selama ini.

Lebih jauh dikatakan bahwa UNESCO akan memperkenalkan inisiatif-inisiatif baru di Indonesia. Ini dilakukan dalam rangka memberikan dukungan dalam hal mengelola air yang berkelanjutan.

Xing Qu juga mengutarakan kekagumannya pada masyarakat Bali yang selalu berhubungan erat dengan air. Sejak lahir hingga wafat, berbagai upacara dan ritual umat Hindu di Bali selalu lekat dengan air. Sebab itu bila masyarakat tidak lagi memiliki akses terhadap air, maka akan timbul krisis.

Xing Qu memegaskan apabila terjadi kondisi demikian, maka krisis air tersebut tidak hanya akan melanda masyarakat di Bali sebagai pusat wisata dunia. Melainkan juga berpotensi terjadi pada masyarakat secara global.

Sumber:
https://media.worldwaterforum.org/id/contents/siaran-pers-660047517afb1/siaran-pers-world-water-forum-ke-10-unesco-ri-berkomitmen-pertahankan-kelestarian-subak-sebagai-warisan-budaya-dunia-664ddd05316f4

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AT
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.