Kesehatan mental menjadi salah satu masalah yang akhir-akhir ini menjadi isu yang sering dibicarakan. Sampai saat ini, masalah kesehatan mental menjadi permasalahan yang belum terselesaikan, baik secara global maupun nasional.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, yang dimaksud dengan kesehatan mental adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengartikan kesehatan mental yang baik sebagai kondisi di mana batin seseorang berada dalam keadaan yang tentram dan tenang, sehingga memungkinkan untuk menikmati kehidupan serta menghargai sekitar.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dipublikasikan oleh Kementrian Kesehatan pada 2018 menunjukan bahwa prevalensi gangguan mental emosional pada remaja berumur lebih dari lima belas tahun sebesar 9,8%. Angka ini meningkat dari riset terakhir pada tahun 2013 yang menunjukan angka 6%.
Mengutip dari artikel kajian yang diterbitkan Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI), dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir tingkat bunuh diri karena depresi telah mencapai angka yang kritis. Setiap tahunnya, lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri.
Sederhana, tetapi Berpengaruh, Langkah-Langkah Mungil untuk Menjaga Kesehatan Mental
Sayangnya, dalam kondisi yang kritis ini, isu kesehatan mental di Indonesia masih terganjal dengan masalah stigma. Masyarakat masih menganggap bahwa memiliki masalah mental adalah gila. Banyak orang yang masih menilai bahwa Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang gila, tidak bisa sembuh, atau bahkan kurang keimanannya.
Padahal, pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa, ODGJ dijelaskan sebagai orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagaimana manusia.
Anak Muda dan Kesehatan Jiwa
Seiring dengan berjalannya waktu, stigma akan kesehatan mental tersebut kian melebur. Mereka adalah anak-anak muda yang mulai sadar mengenai pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Mereka pula yang mulai berani untuk menerima kondisi kesehatan jiwanya dan berani mencari pertolongan ke tangan yang tepat.
Hal ini terlihat dari banyaknya utas di Twitter yang membahas mengenai kesehatan jiwa, juga video-video singkat yang mereka bagikan di TikTok, baik itu berisi edukasi ataupun membagi pengalaman mereka ketika melakukan konsultasi.
Sebagai anak muda, kesadaran akan kesehatan jiwa ini sudah semestinya dimiliki oleh para mahasiswa. Menjaga kesehatan mental menjadi hal yang krusial bagi mahasiswa, hal ini karena kondisi kesehatan mental pada mahasiswa sedikit banyak berpengaruh pada keberhasilan mereka dalam menjalani masa studinya.
Transisi dari masa sekolah ke dunia perkuliahan, tekanan akan tugas-tugas perkuliahan, kewajiban tugas akhir, dan baru-baru ini perubahan sistem belajar dari luring ke daring yang kemudian perlahan kembali ke luring membuat kondisi kesehatan jiwa sebagai seorang mahasiswa terganggu. Itu belum termasuk penyebab lain yang terjadi di luar masalah akademik.
Menurut survei yang dilakukan oleh ILMPI pada periode 2019-2020 kepada mahasiswa, sebanyak 1.470 responden mengalami cemas yang terus-menerus, 1.235 responden mengalami kelelahan berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas, 907 responden mengalami sedih hingga menganggu aktivitas, 651 mengalami ketidakpercayaan diri, 23 tidak minat dalam kegiatan, 19 merasa tertekan, 12 responden merasa tidak berguna, dan 168 responden mengalami masalah metal selain yang telah disebutkan.
Dampak Positif dan Negatif Game Online untuk Kesehatan Mental Anak
Kampus Mengambil Sikap
Berkenaan dengan permasalahan kesehatan mental yang dialami oleh mahasiswa, kampus melalui pusat pelayanan kesehatannya dapat menjadi tempat untuk turut mencegah bahkan mengatasi kondisi jiwa para mahasiswanya. Selain berkewajiban dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan prestasi akademik, kampus juga bertanggung jawab dalam menyediakan suasana yang baik agar mahasiswa merasa aman dan nyaman, serta dapat membantu mahasiswa saat terkendala konflik dalam perkuliahan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menyediakan layanan psikologi pada layanan kesehatan kampus. Tidak hanya membantu dalam mengatasi gangguan kesehatan jiwa, layanan psikologi di universitas juga dapat membantu dalam peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan jiwa, serta mengurangi diskriminasi penderita gangguan jiwa pada seluruh civitas akademika.
Beberapa kampus di Indonesia telah mengambil sikap dalam permasalahan ini. Mereka telah menyediakan layanan kesehatan jiwa di kampus. Sebagian besar dari mereka adalah kampus yang memang memiliki program studi yang memiliki latar belakang kesehatan jiwa seperti psikologi. Namun, tak jarang juga kampus yang tidak memiliki program studi tersebut dan tetap menyediakan pelayanan ini.
Universitas Bina Nusantara (Binus) misalnya. Binus memberikan layanan konseling bagi mahasiswa mengenai masalah yang dihadapi, baik terkait perkuliahan maupun masalah pribadi yang mengganggu akademiknya. Selain untuk mahasiswa, Binus juga memberikan layanan konseling kepada para orang tua, dan itu semua tidak dipungut biaya.
Lalu, Universitas Sebelas Maret (UNS) juga membuka layanan serupa. Mahasiswa dapat berkonsultasi psikologi secara gratis. Begitu juga dengan Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Brawijaya (UB).
Manfaat bagi Mahasiswa
Kesehatan mental yang baik akan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Mahasiswa yang memiliki kesehatan mental yang baik cenderung mempunyai suasana hati yang lebih positif sehingga lebih mampu untuk mengatasi stress dan tantangan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kesehatan mental yang baik mahasiswa dapat menikmati pengalaman perkuliahannya.
Menggugah Kesadaran Pentingnya Kesehatan Mental di Kalangan Remaja
Kesehatan mental yang baik memiliki hubungan yang erat dengan performa akademik. Mahasiswa yang menjaga kesehatan mental cenderung memiliki konsentrasi yang lebih baik, kemampuan belajar yang lebih tinggi, dan mampu mengelola stress dengan efektif. Mereka juga memiliki motivasi yang lebih untuk mencapai hasil yang baik pada studi mereka.
Dengan demikian, menjaga kesehatan mental akan memberikan manfaat positif pada prestasi akademik dan potesi pengembagan diri secara keseluruhan.
Kesehatan mental yang baik juga berdampak pada kemampuan sosial dan interpersonal mahasiswa. Mahasiswa yang merasa sehat secara mental cenderung memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik, mampu menjalin hubungan yang positif dengan teman sebaya, dan memiliki keterampilan dalam bekerja dalam tim.
Mereka juga dapat mengatasi konflik dan menyelesaikan masalah dengan baik. Kemampuan sosial yang kuat ini membantu mahasiswa dalam berinteraksi dengan lingkungan kampus, membangun jaringan sosial yang kuat, serta meningkatkan kesejahteraan emosional.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News