Budaya membaca atau reading habit suatu bangsa sering menjadi tolok ukur kemajuan atau peradaban suatu bangsa. Akan tetapi, faktanya berdasarkan hasil riset PISA (program for intenational student assessment) pada tahun 2022 ini, terkait literasi membaca Indonesia menduduki II peringkat terbawah dari 81 negara yang di data mengapa demikian?
Beberapa faktor di antaranya, adalah belum adanya kebiasaan membaca, koleksi pepustakaan yang minim membuat minat berkunjung masyarakat menjadi rendah, serangan gadget yang memberi efek candu sehingga menurunkan minat baca, dan lain sebagainya. Kami cantumkan hasil riset yang kami lakukan kepada 3 siswi MA Al Manshur Al Islamy.
’’Iya suka membaca, kalau genre-nya yang lebih ke pengetahuan umum, atau yang islami-islami gitu. Kalau soal novel apa lagi Wattpad udah nggak terlalu tertarik. Untuk fasilitasnya lumayan memfasilitasi saya dalam membaca apalagi dalam hal religius. Untuk buku-buku umum kurang sih, tapi untuk kitab-kitab ulama udah lumayan-lah. Sejauh ini puas-puas saja. Harapannya lebih dilengkapi lagi koleksi buku-bukunya, apa lagi buku pengetahuan umum sama bacaan santai,” ujar Nazwa, siswi tingkat akhir MA Al Manshur Al Islamy (06\05\24).
“Suka, lebih ke buku fantasi, drama, dan karya ilmiyah karena menarik dan seru di baca. Untuk fantasinya kurang memadai bukunya. Kalau di perpustakaan induk belum bisa baca (karena full bahasa Arab). Aku berharap untuk ke depannya dapat menambah bahan pustaka agar para siswi menjadi gemar membaca,” sebut Fahima, ketua Study Jurnalistik dan Mading (STALMA) MA Al Manshur Al Islamy (06\05\24).
Tumbuhkan Budaya Baca, Perpusnas Bangun 10 Ribu Perpustakaan Desa
“Iya suka membaca, kalau jenisnya kayak drama yang sedih-sedih, karna asik aja menarik gitu. Kalau di perpustakaan induk banyak yang belum paham karena full bahasa Arab. Kalau di perpustakaan pondok, buku yang menarik cuma sedikit. Harapannya bukunya semakin banyak, buku tentang nasehat, dan kata-kata kalau bisa ditambah kisah-kisah inspiratif,” tambah Ceyla, siswi baru di madrasah tersebut.
Maka perlu diperlukan beberapa solusi untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia dengan mulai membiasakan membaca, menggelar kegiatan kampanye literasi, membangun akses ke berbagai bahan bacaan, memanfaatkan teknologi, dan lain-lain. Demi meningkatkankan kualitas membaca, maka terbentuklah beberapa solusi yang memotivasi dan mendorong beberapa orang untuk membuka perpustakaan jalan.
“Awalnya karena keresahan saya saat pandemi di awal 2019 soal pembelajaran online, melihat anak-anak kebingungan belajar dan tidak paham sama pelajaran. Dengan itu, saya termotivasi untuk membuat wadah belajar di kampung saya sendiri,” kat Riski aminudin, salah satu pendiri perpustakaan jalanan.
Pada dasarnya, perpustakaan keliling atau jalan adalah bagian pelayaan perpustakaan umum dan juga yang bertujuan untuk mendekatkan informasi kepada masyarakat desa. Terlebih untuk mereka yang relatif jauh dari perpustakaan umum, atau tidak sempat datang ke perpustakaan.
Beberapa kelebihan perpustakaan keliling dibandingkan dengan pelayanan ekstensi lain dari perpustakaan umum adalah sifatnya yang fleksible. Sebab, dapat berpindah-pindah menyediakan pergantian koleksi secara tetap, secara aktif mempromosikan layanan perpustakaan karena selalu kelihatan berkeliling di masyarakat (The Australian Librarian’s Manual,1982:592).
Gairah Wajah Baru Perpustakaan Kota Denpasar, Dikunjungi Anak-Anak hingga Turis
Demi meningkatkan kualitas dan fasilitas membaca, diperlukan kolaborasi antarsektor, satu di antaranya adalah program klikus (Klinik Perpustakaan), dinas perpustakaan, dan kearsipan Provinsi Jawa Timur yang mengajukan permohonan bantuan mobil perpustakaan keliling.
Ini adalah program inovasi di bidang layanan perpustakaan keliling yang akan dilaksanakan Disperpusip Jawa Timur. Maka dari itu, semoga dengan adanya komunitas perpustakaan keliling dapat membuka peluang besar bagi pemerintah untuk terus mengembangkan kualitasnya dalam bidang perpustakaan dan pemerataan buku-buku diseluruh Indonesia.
Kemajuan suatu bangsa sangat berpengaruh pada aspek kualitas generasi penerusnya. Lantas, bagaimana Indonesia akan maju jika para generasi penerusnya enggan membaca?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News