independent women menjadi alasan menurunnya angka pernikahan - News | Good News From Indonesia 2024

Independent Women Menjadi Alasan Menurunnya Angka Pernikahan

Independent Women Menjadi Alasan Menurunnya Angka Pernikahan
images info

Di Indonesia, fenomena turunnya angka pernikahan menjadi topik hangat yang kerap dibahas di berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum hingga para pakar sosiologi. Salah satu faktor yang sering disoroti adalah semakin maraknya stigma terhadap perempuan mandiri atau yang dikenal dengan istilah "Independent Women".

Menurut Dr. Susan Walsh, "Independent Woman" adalah perempuan yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengatur, dan mengambil tanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Istilah ini semakin terkenal dengan adanya trend 'independent women' di media sosial TikTok.

Fenomena ini menarik untuk dianalisis lebih dalam, mengingat pergeseran peran gender dan persepsi masyarakat yang semakin dinamis di era modern.

Statistik Pernikahan di Indonesia

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pernikahan di Indonesia menunjukkan tren menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2018, tercatat ada 2.016.171 pernikahan di seluruh Indonesia. Namun, pada tahun 2022, angka ini turun menjadi sekitar 1.780.346 yang berarti ada penurunan sebesar 11% dalam 4 tahun. Adapun di tahun 2023, jumlah pernikahan turun menjadi 1.577.255. Ini memperlihatkan bahwa tren penurunan yang konsisten.

Upaya Hentikan Kekerasan pada Anak dan Perempuan, Bangun Masyarakat Aman dan Harmonis

Keterbukaan Lapangan Kerja dan Peluang Pendidikan

Keterbukaan lapangan kerja dan semakin luasnya peluang pendidikan bagi perempuan adalah faktor penting yang mempengaruhi keputusan untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan. Menurut data statistik PDDikti, partisipasi perempuan di perguruan tinggi pada 2023 meningkat signifikan, dengan 51% mahasiswa adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak perempuan yang mengejar pendidikan tinggi.

Di sektor tenaga kerja, laporan dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa pada tahun 2021, sebanyak 40% tenaga kerja di sektor formal adalah perempuan. Ini menunjukkan adanya peningkatan akses dan keterbukaan lapangan kerja bagi perempuan, yang memungkinkan mereka untuk mengejar karier dan mendapatkan kemandirian finansial.

Perempuan Indonesia kini semakin banyak yang mengenyam pendidikan tinggi dan meraih kesuksesan dalam karier profesional mengubah peran tradisional perempuan yang sebelumnya lebih dominan sebagai ibu rumah tangga dan istri. Perempuan modern kini tidak lagi sekadar mengikuti arus, melainkan aktif mengambil peran dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk ekonomi dan politik. Hal tersebut menyebabkan perubahan peran gender dan presepsi masyarakat.

Dampak Terhadap Keputusan Menikah

Perubahan ini berdampak signifikan terhadap keputusan perempuan untuk menikah. Selain stigma sosial dahulu (perempuan harus di dapur), wanita juga menghadapi tantangan internal dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Banyak dari mereka yang merasa bahwa pernikahan menimbulkan berbagai masalah mulai dari membatasi kebebasan dan potensi diri, hingga kesulitan untuk menyeimbangkan antara karier dan kehidupan rumah tangga.

Tidak jarang perempuan yang berprinsip "Independent Women" merasa lebih nyaman hidup sendiri tanpa harus memikul beban peran tradisional dalam rumah tangga. Pilihan untuk tidak menikah menjadi salah satu cara mereka mempertahankan kemandirian dan kebebasan pribadi.

Data BPS tahun 2021 menunjukkan bahwa persentase perempuan lajang (belum pernah menikah) pada usia 30—34 tahun meningkat dari 8% pada tahun 2010 menjadi 14% pada tahun 2020.

Perempuan Gigih Berjuang Gaungkan Revolusi Guna Ulang

Perlu Adanya Perubahan Persepsi dan Dukungan Sosial

Fenomena turunnya angka pernikahan di Indonesia perlu disikapi dengan bijak. Penting bagi masyarakat untuk mengubah persepsi terhadap perempuan mandiri dan memberikan dukungan yang lebih baik. Mengapresiasi keberhasilan perempuan dalam berbagai bidang tanpa menempatkan tekanan untuk segera menikah adalah langkah awal yang positif.

Selain itu, dibutuhkan perubahan dalam struktur dan budaya kerja agar perempuan tidak merasa harus memilih antara karier dan keluarga. Dengan demikian, perempuan dapat meraih kebahagiaan dan kesuksesan baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional, terlepas dari status pernikahan mereka.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

#Unair #LogikaPemikiranKritis

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.