Di tengah gemerlapnya kemajuan zaman, masih ada warisan budaya takbenda dari Maluku Utara yang masih eksis dan memikat hati yaitu tari Soya Soya. Tarian ini tak hanya memukau dengan gerakannya yang penuh energi, tetapi juga menyimpan makna mendalam tentang semangat juang dan persatuan masyarakat Maluku Utara.
Yuk, simak sejarah dan makna di balik tarian ini. Menelusuri lebih lanjut bagaimana Tari Soya Soya menjadi simbol keberanian rakyat Ternate melawan penjajah dan beragam keunikan lainnya.
Tempayan Soya Gunung Sirimau, Wadah yang Selalu Terisi Air Secara Gaib
Makna dan Sejarah Tari Soya Soya
Tari Soya-soya berasal dari budaya Kesultanan Ternate dan memainkan peran penting dalam sejarah perjuangan masyarakat Kayoa di Kabupaten Halmahera Selatan. Kata 'soya-soya' dikaitkan dengan makna 'semangat pantang' dan 'penjemputan'.
Di balik keindahan gerakannya, Tari Soya Soya menyimpan cerita heroik tentang perjuangan rakyat Ternate melawan penjajah. Menurut situs Warisan Budaya Tak Benda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tarian ini terinspirasi dari peristiwa penyerbuan tentara Ternate ke Benteng Kastela juga dikenal sebagai Benteng Nostra Senhora del Rosario yang dikuasai Portugis pada 25 Februari 1570.
Penyerbuan ini terjadi saat Sultan Baabullah, sultan ke-24 Kesultanan Ternate berkuasa. Tujuan utama penyerbuan ini adalah untuk mengambil jenazah Sultan Khairun, ayah Sultan Baabullah, yang dibunuh secara kejam oleh tentara Portugis.
Kini, Tari Soya Soya tak hanya ditampilkan untuk menyambut pasukan perang, tetapi juga dalam berbagai acara budaya dan festival. Tarian ini telah dimodifikasi dengan jumlah penari yang lebih variatif, namun tetap mempertahankan gerakan dan makna aslinya. Menjadi daya tarik wisata budaya Maluku Utara untuk memikat pengunjung dengan keindahan dan nilai sejarahnya.
Bakar Batu, Mukbang Ala Maluku yang Jadi Penguat Kebersamaan Masyarakat
Gerakan Tari Soya Soya
Gerakan dalam Tari Soya-soya memiliki makna yang mendalam, seperti keberanian dan keteguhan hati. Setiap gerakan menggambarkan semangat perjuangan dan nilai-nilai kepahlawanan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tari Soya Soya dimulai dengan para penari memasuki panggung dengan langkah-langkah tegas dan mantap. Mereka bergerak dengan penuh kesiapan, diiringi musik tradisional khas Maluku Utara yang mengatur ritme dan suasana.
Gerakan dalam Tari Soya Soya seringkali cepat dan ritmis, mencerminkan ketangkasan para pejuang. Gerakan pada tarian ini kadang-kadang disertai dengan gerakan kuda-kuda, melompat, berlari kecil, menyerang, menghindar, dan menangkis layaknya perang.
Menjelang akhir tarian, gerakan mulai melambat. Para penari berkumpul di tengah panggung, membentuk formasi tertentu, kemudian perlahan-lahan meninggalkan panggung dengan langkah yang lebih tenang. Gerakan ini menandakan akhir dari pertempuran.
Jumlah penari soya-soya tidak ditentukan,tetapi jumlah penari harus ganjil karena jumlah ganjil menunjukkan bahwa jika ditambah dengan seorang komandan atau pemimpin pasukan, jumlah pasukan yang ganjil akan menjadi genap.
Para penari Soya Soya juga tidak memakai riasan wajah. Hal ini terjadi karena semua penari Soya Soya adalah laki-laki. Oleh karena itu, tidak diperlukan pemakaian riasan untuk menampilkan tarian khas Maluku Utara ini. Tetapi saat ini sudah banyak kreasi tari Soya Soya yang melibatkan penari wanita.
Properti Tari Soya Soya
Para penari biasanya tidak mengenakan pakaian bagian atas. Mereka hanya mengenakan celana panjang, kain penutup dada yang melingkar di leher, selempang kain berwarna merah, ikat kepala, dan kain pengikat di lengan.
Namun, seiring berjalannya waktu, busana tarian ini turut berkembang. Pakaian yang dikenakan dalam tarian ini berwarna putih, dengan kain sambungan serupa rok berwarna-warni (merah, hitam, kuning, dan hijau). Setiap penari mengenakan ikat kepala berwarna kuning (taqoa), yang melambangkan seorang prajurit perang.
Para penari juga membawa properti pendukung seperti pedang (ngana-ngana) dari bambu yang dihiasi daun palem (woka) berwarna merah, kuning, dan hijau, serta dilengkapi dengan kerincing atau biji jagung di dalamnya. Selain itu, mereka juga membawa perisai (salawaku). Musik pengiring tarian ini terdiri dari gendang (tifa), gong (saragai), dan Bono kecil (tawa-tawwa).
Sumber:
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=66
https://kapita.malutprov.go.id/tarian-soya-soya
https://infopublik.id/galeri/foto/detail/66712
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/makna-kepahlawanan-di-tiap-unsur-tari-soya-soya/
https://bobo.grid.id/read/082414797/inilah-alasan-mengapa-penari-soya-soya-tidak-memakai-riasan-muka?page=all
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News