pesona ekowisata di gorontalo intip keindahan flora dan faunanya - News | Good News From Indonesia 2024

Pesona Ekowisata di Gorontalo, Intip Keindahan Flora dan Faunanya

Pesona Ekowisata di Gorontalo, Intip Keindahan Flora dan Faunanya
images info

Provinsi Gorontalo memiliki beragam kekayaan flora dan fauna. Kekayaan flora dan fauna tersebut hidup di beberapa kawasan konservasi yang sekaligus sebagai kawasan ekowisata, seperti cagar alam, suaka margasatwa, dan taman nasional.

Selain dapat menyaksikan berbagai flora dan fauna, di kawasan ekowisata Kawan juga dapat menikmati udara segara, pemandangan alam yang indah, dan suasana alam yang nyaman.

Kawan GNFI, ingin tahu ekowisata apa saja di Gorontalo? Ini pesona ekowisata di Gorontalo yang kaya dengan flora dan faunanya.

1. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang semula bernama Taman Nasional Dumoga Bone ini, ditetapkan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1990. Luas taman nasional ini sekitar 287.115 ha. Secara administratif pemerintahan, taman nasional ini terletak di Kabupaten Bone Bolango (Provinsi Gorontalo) dan Kabupaten Bolaang Mongondow (Provinsi Sulawesi Utara).

Topografi taman Nasional Bogani Nani Wartabone cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang ringan, sampai berat dan berbukit terjal dengan ketinggian tempat berkisar antara 50—1970 mdpl. Puncak tertingginya adalah Gunung Sinombayuga yang membelah utara selatan kawasan sekaligus membelah Das Bone dan Dumoga.

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memiliki 24 jenis mamalia, 64 jenis burung, 11 jenis reptil, 2 jenis amphibi, 36 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Sebagian satwa tersebut merupakan satwa khas (endemik) Pulau Sulawesi.

6 Taman Nasional Terindah di Sulawesi, Intip Keindahan Flora dan Faunanya

Jenis mamalia (satwa endemik) yang ada di kawasan ini diantaranya monyet hitam/yaki, monyet dumoga bone, musang Sulawesi, kuskus besar, kuskus kecil, babi liar Sulawesi, anoa besar, babirusa, beberapa tikus yang hanya dijumpai di Sulawesi bagian utara, serta kelelawar Bone.

Burung yang ada di kawasan taman ini antara lain burung betet, nuri, belibis, dan burung blekok. Satwa burung yang menjadi maskot taman nasional adalah burung maleo.

Jenis reptil yang dapat ditemui di kawasan ini antara lain, ular kobra, king kobra, ular belang, dam ular ekor merah. Jenis amfibi juga ditemukan seperti, kodok, katak pohon. Ikan-ikan juga dapat ditemukan di taman ini seperti, ikan mas, tawes, dan nilem.

2. Cagar Alam Tangale

Cagar Alam Tangale merupakan salah satu lokasi wisata alam di Kabupaten Gorontalo yang masih terjaga keasriannya. Di lokasi ini terdapat satu cagar budaya yang dilindungi yakni Tugu Tangale. Cagar alam ini berada sekitar 15 kilometer dari ibu kota Kabupaten Gorontalo.

3. Cagar Alam Panua

Kawasan cagar alam seluas 45.575 hektare ini terletak di Desa Libuo, Kecamatan Paguat, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Cagar alam ini merupakan hutan alam yang memiliki pantai berpasir putih dengan airnya yang jernih.

Selain sebagai tempat wisata, cagar alam ini juga digunakan untuk penelitian burung maleo. Nama “Panua” diambil untuk nama cagar alam ini karena di lokasi tersebut memang terdapat banyak burung maleo. Dalam bahasa lokal setempat panua berarti burung maleo (Macrocephalon maleo). Selain itu, di kawasan ini juga terdapat satwa lainnya.

Cagar alam ini sudah lama menjadi lokasi tambang emas rakyat sehingga kawasannya menjadi gundul. Oleh karena itu, pemerintah daerah mengusulkan alih fungsi kawasan cagar alam ini menjadi hutan produktif untuk investasi.

7 Taman Nasional di Indonesia yang Diakui sebagai Warisan Dunia

4. Cagar Alam Tanjung Panjang

Cagar Alam Tanjung Panjang yang memiliki luas 3000 hektare ini ditetapkan dengan Keputusan Menhut No. 573/Kpts-II/1995 pada tanggal 30 Oktober 1995. Cagar Alam Tanjung Panjang terletak di Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.

Kawan dapat mengunjungi kawasan cagar alam ini melalui Desa Huluya, Kecamatan Randangan. Cagar alam ini mempunyai keadaan alam yang khas. Di kawasan cagar alam terdapat beragam satwa, seperti: babi hutan, ular, biawak, dan didominasi oleh vegetasi tanaman bakau.

Kawasan cagar alam ini dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai lahan perkebunan yang didominasi oleh tanaman kelapa dan jagung. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkannya untuk usaha pertambakan garam, bandeng, dan udang. Di kawasan ini juga dimanfaatkan oleh warga untuk mencari ikan, lalu diolah menjadi ikan garam.

5. Suaka Margasatwa Nantu

Suaka Margasatwa Nantu ini merupakan pusat keanekaragaman hayati di kawasan Wallacea. Hal tersebut dikarenakan berbagai jenis satwa endemik khas Sulawesi, seperti babirusa, anoa, monyet hitam Sulawesi, tarsius, dan rangkong terdapat di kawasan tersebut. Kawasan suaka margasatwa ini merupakan surga bagi yang ingin menyaksikan hewan langka seperti anoa.

Perburuan merupakan ancaman utama bagi kelangsungan hidup anoa di kawasan suaka margasatwa ini. Pemburu biasanya menggunakan jerat atau anjing dan tombak untuk menangkap anoa. Pemburu juga suka membakar tempat-tempat yang berumput supaya rumput muda tumbuh lebih banyak sehingga akan menarik perhatian anoa.

Ancaman lain bagi anoa di kawasan ini adalah kehilangan habitat. Kehilangan habitat menyebabkan anoa terkurung dalam blok-blok hutan sempit. Pada umumnya jejak anoa ditemukan di bagian pedalaman Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Cagar Alam Panua.

Saat ini ada dua jenis anoa (Bubalus spp.) yang kita kenal, yakni anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan anoa gunung (B. quariesi). Namun, para ahli memperdebatkan apakah kedua jenis itu berbeda atau tidak. Kedua jenis ini sama-sama memiliki tubuh berwarna cokelat atau hitam. Panjang tubuhnya 160-170 cm, tinggi bahunya kira-kira satu meter, dan tanduknya berbentuk kerucut.

Anoa dataran rendah mempunyai bercak-bercak putih dan kuning di sepanjang kaki depannya dan berekor lebih panjang. Sementara itu, anoa gunung mempunyai kaki yang berwarna cokelat dan ekornya lebih pendek. Anoa biasanya hidup sendirian, mereka memakan rumput, pakis, buah-buahan, daun palem, dan umbi jahe. Nama anoa “gunung” dan “dataran rendah”, tidak harus berarti bahwa keduanya hidup di ketinggian yang berbeda. Keduanya dapat dijumpai baik di habitat gunung maupun dataran rendah.

Menjajaki Ekowisata di Sumatera Utara, Tempat Tersimpannya Kekayaan Flora dan Fauna

Anoa biasanya menghindari manusia serta habitat-habitat yang terganggu. Di beberapa desa di sekitar hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Kawan dapat melihat anoa di kebun-kebun pinggir hutan. Anoa sangat menyukai genangan air dan lumpur terlebih dengan mata air atau tetesan air yang mengandung mineral. Bahkan, pernah dilaporkan anoa meminum air laut. hal ini mungkin untuk memenuhi kebutuhan mineral tubuhnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.