Indonesia secara resmi akan menjadi tuan rumah dari penyelenggaraan Water Forum (Forum Air Dunia/WWF) ke-10. Forum WWF10 ini sendiri akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, 18—25 Mei 2024.
Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah dari WWF10 setelah terpilih pada gelaran Sidang Umum World Water Council (WWC) di Dakar, Senegal pada Maret 2022 lalu.
World Water Forum merupakan sebuah konferensi internasional yang bertujuan untuk membahas segala hal yang berkaitan dengan bidang air yang ada di dunia melalui agenda menghimpun para petinggi negara di seluruh dunia.
Sebelum Indonesia, beberapa negara telah menjadi tuan rumah dari gelaran World Water Forum. Negara-negara yang telah menjadi tuan rumah sendiri, antara lain, Senegal, Brasil, Korea Selatan, Jepang, Maroko, dan lainnya.
Agenda World Water Forum ke-10 ini akan dibuka dengan Sagari Kerthi Ceremony. Acara akan dilaksanakan Bali Turtle Island Development (BTID) Beach pada 18 mei 2024, 16.00—18.00 WITA. Sebuah tarian bernama Tari Sanghyang Jaran akan dipersembahkan pada salah satu agenda dari Sagari kerthi Ceremony tersebut.
Menilik Upacara Segara Kerthi yang Bakal Meramaikan 10th World Water Forum di Bali
Tarian Sanghyang Jaran sendiri dipercaya merupakan tarian sakral khas masyarakat Bungkulan, terutama masyarakat Banjar Badung. Kira-kira, apa itu Tarian Sanghyang Jaran dan bagaimana kisah yang ada di dalamnya? Simak ceritanya pada penjelasan berikut!
Biasa dilakukan pada upacara Nangkluk Merana
Mengutip laman bungkulan-buleleng.desa.id, Tarian Sanghyang memiliki unsur spritualitas dan religiusitas yang tinggi. Tarian ini sendiri merupakan warisan dari pra Hindu yang biasa dipentaskan pada upacara Nangkluk Merana.
Upacara Nangkluk Merana sendiri merupakan upacara yang biasa dilakukan pada purnama sasih keenem atau biasanya bertepatan dengan bulan Desember. Upacara Nangkluk Merana sendiri adalah upacara yadnya yang dilaksanakan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk menangkal gangguan yang membawa kehancuran.
Upacara Nangkluk Merana sendiri seringkali bertepatan dengan masa pancaroba sehingga sering kali terjadi perubahan musim yang sangat ekstrem. Hal tersebut membuat penyakit dan wabah seringkali bertebaran di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, Sanghyang Jaran tersebut diturunkan atau seringkali dinamakan napak pertiwi guna melakukan netralisir keadaan bumi yang diyakini sedang mengalami ketidakseimbangan.
Prosesi Tarian Sanghyang Jaran
Prosesi Tarian Sanghyang Jaran sendiri dilakukan melalui serangkaian upacara yang dapat dikatakan sangat kompleks. Para penglingsir atau kelian adat akan melakukan penghaturan Bakti Piuning ke Pura Dalem Puri untuk memohon izin sekaligus memohon ahar duwe niskala di pura tersebut agar dapat hadir dalam napak pertiwi.
Ritual akan diawali dengan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh salah satu pemangku dari adat setempat. Setelah sembahyang berakhir, penari sanghyang akan duduk bersila tepat di depan bangunan pelinggih padma.
Penglingsir selanjutnya akan memoles tubuh penari dengan tapak dara. Selanjutnya, sekaa gending akan mulai melantunkan nyanyian pemanggil roh sang Jaran untuk segera memasuki tubuh penari. Sang penaripun mulai kehilangan kesadaran dengan mengepak-ngepakan badannya layaknya seekor kuda. Penari akan mulai tak sadarkan diri dan jatuh terbaring di tengah arena pementasan. Kondisi terbaring sang penari menandakan pementasan akan segera dimulai.
Menurut kepercayaan masyarakat Banjar Badung, tedapat dua jenis jaran atau kuda yang bisa dipanggil untuk napak pertiwi. Jaran tersebut adalah Jaran Gading (kuda kuning) dan Jaran Gadang (kuda hijau). Beberapa penglingsir mengatakan bahwa jaran gading melinggih sendiri beristana di Pura Dalem Puri, sementara Jaran Gadang melinggih di Pura Dalem Purwa. Roh jaran yang ditunas atau dituntun adalah jaran gading karena memiliki karakter cukup kalem dan tidak agresif. Sementara karakter Jaran Gadang memiliki agresivitas sangat tinggi dengan kekuatan yang dahsyat.
Keunikan dari kearifan lokal tersebut membuat Tarian ini dipilih menjadi salah satu tarian pembuka dalam Sagara Kherti Ceremony pada pembukaan World Water Forum 10 (WWF10) yang akan dilaksanakan di Bali nanti.
Mengenal Sistem Subak, Sistem Perairan Khas Bali Yang Diperkenalkan pada Ajang WWF10
Referensi:
- Desa Bungkulan Kabupaten Buleleng. 2021. Tarian Sanghyang Jaran Bali Utara https://bungkulan-buleleng.desa.id/index.php/first/artikel/136-TARIAN-SANGHYANG-JARAN-BALI-UTARA
- Muhammad Fikri Asy’ari. 2024. 10th World Water Forum, Harapan Memperluas Jangkauan Akses Air Bersih di Indonesia. GNFI https://goodnewsfromindonesia.pages.dev/2024/04/25/10th-world-water-forum-harapan-memperluas-jangkauan-akses-air-bersih-di-indonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News