masjid agung blitar yang berdiri hampir dua abad saksi terjangan lahar gunung kelud - News | Good News From Indonesia 2024

Masjid Agung Blitar yang Berdiri Hampir Dua Abad, Saksi Terjangan Lahar Gunung Kelud

Masjid Agung Blitar yang Berdiri Hampir Dua Abad, Saksi Terjangan Lahar Gunung Kelud
images info

Masjid Agung Blitar merupakan saksi bisu syiar Islam di wilayah setempat. Masjid ini dibangun pada tahun 1820. Tetapi karena terjangan lahar Gunung Kelud, lokasinya sempat berpindah hingga tiga kali.

Dinukil dari Detik, masjid ini awalnya terletak di Kelurahan Pakunden. Namun karena terjadi peristiwa tertentu, akhirnya dipindah di lokasi baru yang dekat dengan alun-alun Kota Blitar yaitu di Jalan Masjid Nomor 13 Kelurahan Kauman.

Menjelajahi Masjid Aschabul Kahfi Tuban, Tempat Ibadah yang Berada dalam Gua

Wakil Ketua Takmir Masjid Agung Kota Blitar, Purnomo mengatakan pemindahan lokasi masjid karena bencana alam itu sudah disetujui oleh Bupati Blitar yang saat itu namanya masih Bupati Srengat.

“Awalnya itu dulu dibangun di Kelurahan Pakunden, tapi karena dua kali terkena letusan Gunung Kelud akhirnya dipindah di Jalan Masjid dan saat itu sudah atas persetujuan dari Bupati Blitar yang saat itu namanya Bupati Srengat,” ucap Purnomo.

Bangunan kokoh

Meski sudah berusia satu abad lebih, bangunan masjid ini masih terlihat utuh dan kokoh. Salah satu ciri khas bangunan Masjid Agung adalah pilar atau saka kayu yang berada di dalam masjid.

Model bangunannya merupakan gebyok yang berarti bangunan bagian bawah berupa tembok dan bangunan bagian atas menggunakan kayu. Dikatakannya bangunan asli itu berada di dalam masjid, sementara bangunan serambi adalah bangunan baru.

Majid ini pertama kali direnovasi pada tahun 1925 yang awalnya model gebyok akhirnya diganti dengan tembok semua. Kemudian pada tahun 1946 kembali dilakukan renovasi dengan memperluas bangunan yakni di serambi kanan dan kiri.

Cerita Mistik di Balik Diizinkannya Pemugaran Masjid Agung Nurul Kalam Pemalang

Purnomo menceritakan sebenarnya dulu ada bangunan menara yang posisinya di selatan pintu masuk masjid. Tetapi karena lahar letusan Gunung Kelud kondisinya menjadi miring dan pengelola masjid memutuskan untuk merobohkannya.

“Menurut para sesepuh di sini, bangunan dalam yang kayu itu masih peninggalan zaman dulu. Pesannya para pendahulu katanya untuk tetap mempertahankan keaslian banguna, terutama pilar-pilar kayu dan atapnya itu Insya Allah masih asli, mungkin warnanya saja yang berubah, diplitur, dicat dan sebagainya,” katanya.

Konsep Sunan Kalijaga

Perpindahan masjid ini juga dipercaya karena filosofi dari Sunan Kalijaga. Pasalnya dalam konsep tata ruang untuk dakwah, Sunan Kalijaga menekankan bahwa alun-alun harus dikelilingi oleh beberapa bangunan utama, seperti Kantor Walikota, Masjid, dan penjara.

“Saya rasa konsep Sunan Kalijaga dalam dakwah Islam ini hanya ada di Kota Blitar. Artinya masih terjaga dan utuh,” ujarnya.

Kisah Masjid Terapung yang Bertahan dari Terjangan Tsunami Palu, Kini Jadi Objek Wisata

Meski sudah berusia 129 tahun, agenda rutin di masjid tersebut masih berlangsung secara rutin. Agenda rutin adalah pengajian Ahad Wage yang dulu dirintis oleh tokoh NU Jatim. Bahkan selama bulan Ramadan ini selalu ada agenda rutin.

Salah tarawih di masjid ini dilakukan sebanyak 20 rakaat ditambah witir tiga rakaat. Kemudian, setiap hari Jumat juga digelar pengajian rutin sampai menjelang buka puasa. Selain itu juga ada buka puasa gratis.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.