Khatam alquran adalah suatu tradisi yang masih dilestarikan di minangkabau. Umumnya khatam mencari ciri khas dari kecamatan ampek angkek, kabupaten agam. Khatam alquran merupakan wujud rasa syukur terhadap anak-anak yang sudah tamat mengaji. Santri yang sudah di khatam alquran adalah para santri yang dianggap sudah pantas untuk dikhatam karena sudah memiliki pemahaman yang baik dalam membaca alquran dan ilmu agama lainnya. Tradisi ini dilakukan dalam bentuk perayaan yang merupakan bentuk apresiasi masyarakat setempat, niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai dan para guru kepada para santri yang sudah berhasil menyelesaikan pendidikannya.
Khatam alquran merupakan wujud rasa syukur kepada allah SWT dan rasa bangga kepada para santri. Harapannya para santri ini setelah tamat nanti tetap mengamalkan ilmunya dan dapat berbagi kepada orang lain. Biasanya para santri akan dididik di Madrasah Diniyyah Awwaliyah (MDA) selama 3-4 tahun. Mereka akan diajarkan mengaji yaitu baca tulis alquran dan ilmu agama lain seperti fiqih, akidah akhlak dan lain-lain.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di MDA para santri akan diuji oleh juri. Setelah itu ada perayaan arak-arakan yang meriah. Arak-arakan ini diikuti oleh masyarakat setempat. Biasanya diikuti juga dengan drum band dan juga kesenian randai dan tambua. Juga ada anak-anak yang memakai pakaian adat dan membawa sepeda hias. Biasanya tempat arak-arakan adalah jalan sekitar 3 KM yang melewati beberapa nagari. Khatam alquran sangat meriah karena menghadirkan seluruh lapisan masyarakat. Bahkan, lebih meriah daripada hari raya. Karena para perantau biasanya banyak pulang saat acara khatam alquran.
Tradisi Khatam Al- Quran yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau telah berlangsung lama, jauh sebelum Republik Indonesia berdiri. Perang menghadapi penjajah Belanda, ditandai oleh penguasaaan serdadu federal yang mendirikan posnya di Biaro. Saat berpatroli, semua sekolah pribumi di tutup. Guru-guru takut mengajar karena serdadu-serdadu itu sering menggeledah dan menangkapi guru yang dicurigai. Beberapa tokoh masyarakat berupaya memperbaiki keadaan dengan mengisi kegiatan anak-anak tersebut berupa pemberian pelajaran mengaji.
Saat khatam alquran ada tradisi yang tak kalah penting yaitu makan bajamba. Makan bajamba adalah makan bersama-sama. Biasanya setelah arak-arakan para ibu-ibu yang telah memasak mengeluarkan masakan tersebut untuk dimakan masyarakat. Makan bajamba biasanya terdiri darii 4 sampai 6 orang. Makanan dihidangkan dalam piring besar yang disebut talam. Di tengahnya berisi sekitar 4 sampai 5 macam lauk dan ditepinya diisi nasi. Makan bajamba biasanya dilakukan di lantai dengan cara duduk melingkar.
Tujuan dari makan bajamba adalah mempererat silaturrahmi dan kebersamaa serta bukti keakraban. Asal usul dari tradisi makan bajamba yaitu dari Koto Gadang, Kabupaten Agam. Tradisi ini diyakini masuk ke sumatera barat saat islam masuk yaitu pada abad ke 7. Dibawa oleh para pedagang arab yang datang ke sumatera. Kata Bajamba artinya “Ba” bersama dan ‘Jamba” artinya wadah. Jadi makan bajamba adalah makan bersama dalam satu wadah.
Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini ialah keramahan, kebiasaan, dan adilnya dalam pembagian makanan. Selain itu makna yang terkandung di dalamnya yakni jika satu orang makan, maka semuanya juga harus turut makan.
Ada beberapa aturan makan bajamba yaitu hanya boleh mengambil lauk yang ada di didepan kita jangan mengambil yang ada didepan orang lain. Lalu harus menghabiskan yang ada didepan kita. Dan ketika kita sudah selesai tidak dibolehkan mencuci tangan dahulu harus menunggu yang lain selesai.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News