berburu malaikat di ciputat - News | Good News From Indonesia 2023

Berburu Malaikat di Ciputat

Berburu Malaikat di Ciputat
images info

#LombaArtikelPKN2023
#PekanKebudayaanNasional2023
#IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Sebagai lokasi penyangga ibu kota, nama Ciputat menarik generasi milenial untuk tinggal dan bermukim. Tak pelak lagi, kawasan ini menjadi buah bibir media massa dan media sosial. Pasalnya, selain karena menjamurnya permukiman, Ciputat dikenal karena kualitas udara, dan kemacetan mengular yang sulit diurai.

Meski demikian, kawasan yang terambil dari mana pohon ini (baca: putat atau barringtonia acutangular) menawarkan keistimewaan. Satu di antaranya adalah kawasan ini tempat berkembangnya komunitas epistemik muslim yang mewarnai diskursus Islam di dunia. Beberapa nama, seperti mendiang Prof. Nurcholish Madjid, Ph.D. dan Prof. Azyumardi Azra, Ph.D. CBE, tercatat sebagai cendekiawan muslim dunia yang besar di alam Ciputat. Tak hanya itu, kaligrafer kaliber internasional, Dr. Didin Sirojuddin, M.Ag., mengembangkan keahliannya menulis dan melukis kaligrafi di daerah ini. Pun, rasanya tak afdol jika kita tidak menyebut dramawan Putu Wijaya dan mendiang Radar Panca Dahana yang banyak bergiat di Ciputat. Nan tak penting sastrawan multitalenta mendiang Danarto pun tinggal di Ciputat.

Mengingat uniknya Ciputat, 20-28 Oktober 2023, komunitas Danarto dkk berkolaborasi dengan Prodi PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghelat Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dengan tajuk “Resonansi Budaya Islam: dari Ciputat untuk Dunia”. Rasanya memang tidak berlebihan, tajuk ini diambil. Toh, pada kenyataannya dari Ciputat ini banyak cendekiawan muslim yang meresonansikan kebudayaan Islam dalam pelbagai aspek. Salah satunya, sastra melalui karya-karya Danarto.

Sejak kemunculannya di tahun 1970-an, nama Danarto dikenal publik sebagai penulis cerita pendek sufistik yang produktif. Tak hanya sebagai seorang cerpenis, Danarto pun dikenal sebagai pelukis dan dramawan. Kemampuan ini membuat Danarto dikenal sebagai sastrawan yang memiliki talenta yang lengkap. Tak hanya itu dia dikenal sebagai sastrawan yang santun dan baik.

Untuk mengenalkan kembali karya-karya Danarto, panitia memamerkan karya Danarto di Taman Bacaan Danarto dan menggelar diskusi dengan tema “Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa”. Diskusi ini menghadirkan narasumber, yaitu Hairus Salim HS, budayawan yang melakukan penyelisikan yang mendalam terhadap karya-karya Danarto. Selain itu, hadir pula kaligrafer internasional, Dr. Didin Sirojuddin, M.Ag. dan asisten kurator National Gallery of Singapore, Annisa Rahadiningtyas, Ph.D. dipandu oleh Sarah Monica dari AWCPH UI.

Malaikatnya Danarto

Dalam Sayap Malaikat Danarto, Hairus Salim (2022) menyatakan bahwa sosok malaikat banyak hadir dalam karya Danarto. Berdasarkan perhitungannya, dari 88 cerpen, sosok malaikat muncul dalam 24 cerpen karya Danarto. Sosok malaikat diceritakan baik secara sepintas lalu, maupun menjadi fokus penceritaan. Tak hanya itu, malaikat pun menjadi objek yang senantiasa digambar dalam berbagai ilustrasi Danarto.

Jika merujuk sejarah, Jones (2010:18) dalam Angels: A History, menyebutkan gambar malaikat muncul sekitar abad ke-III Masehi. Malaikat pada masa itu digambarkan sebagaimana manusia pada umumnya. Kemudian pada abad ke-IV Masehi malaikat mulai digambarkan dengan sayap. Berlanjut pada Era Islam, malaikat dituturkan sebagai mahluk yang memiliki banyak sayap.

Kiranya gambaran malaikat yang dideskripsikan dan dilukiskan oleh Danarto banyak dipengaruhi oleh tradisi Islam. Salah satu malaikat yang mendapatkan banyak perhatian adalah Jibril seperti yang terdapat dalam cerpen “Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat”. Mulai dari alenia pertama, Danarto menarasikan Jibril dengan amat puitis

“Akulah Jibril, malaikat yang suka membagi-bagikan wahyu. Aku suka berjalan di antara pepohonan, jika angin mendesir: itulah aku; jika pohon bergoyang: itulah aku; yang sarat beban wahyu, yang dipercayakan Tuhan ke pundakku. Sering wahyu itu aku naikkan seperti layang-layang…”

Dari alinea di atas, Jibril digambarkan sebagai pembawa wahyu Tuhan. Gambaran puitis di atas, amat memikat karena Jibril dilukiskan sebagai mahluk yang bisa diindra, mahluk yang dekat dan melekat, namun penuh misteri yang illahi. Gambaran sebagai mahluk yang dekat pun muncul dalam alenia yang lain.

“Akulah Jibril, yang angin adalah aku, yang embun adalah aku, yang asap adalah aku, yang gemerisik adalah aku, yang menghantarkan panas dan dingin … Akulah yang menyodorkan keheranan dan sekaligus jawaban … akulah yang mengelus lidah anak-anak kelas nol besar, supaya tidak kelu waktu membaca dan bernyanyi”

Alinea di atas menegaskan Jibril sebagai mahluk yang kehadirannya dapat dirasakan oleh manusia. Jibril ada di mana saja. Ia hadir menghantarkan energi semesta pada manusia dan menyampaikan kebaikan. Malaikat muncul mengilhami manusia untuk keluar dari kebuntuan dan kejumudan pikiran, serta berbuat kebajikan.

Kuatnya narasi dalam cerpen “Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat” kemudian dialihwahanakan dalam pertunjukan monolog yang berjudul “Menjaring Malaikat” oleh Jaring Project. Salim menuturkan bahwa sebagai adaptasi dari cerpen Danarto, pertunjukan yang menghadirkan Jamaluddin Latif ini boleh dikatakan merupakan pertujukan yang menangkap secara baik ide malaikat dalam cerpen Danarto. Melalui pertunjukan tersebut pun tersirat pesan bahwa hal-ihwal yang bersifat illahi dapat dicerna dalam fenomena kehidupan sehari-hari.

Berburu Malaikat

Malaikat-malaikat yang tersebar dalam cerpen Danarto pun dipamerkan di Aula FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Taman Bacaan Danarto. Cerpen-cerpen Danarto dijepit di papan berjalan dan disusun di papan mdf berhias ilustrasi malaikat dan ilutrasi lainnya. Taman Bacaan Danarto tampil sebagai Ruang Tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tempat bagi para yang hadir dan yang lalu lalang untuk singgah sementara; seraya melayangkan pandang pada keluasan pikiran Danarto; sembari menyelami nuansa spiritualitas Islam.

Sejatinya, Taman Bacaan Danarto ini hadir untuk diburu sesiapa yang hadir mampir dan membaca karya-karya Danarto. Karena pada akikatnya, berburu malaikat dalam karya-karya Danarto adalah upaya menghayati kehadiran Tuhan dalam semesta; usaha menyelusuri makna hidup; dan ikhtiar untuk mengakar kepada kebaikan. Sebagaimana ungkapan Salim di akhir diskusi, “Jika kamu berjalan di malam buta dan ban motormu gembos, tetiba ada yang menolongmu. Jangan-jangan ia adalah malaikat.” Amsal itu mengisyaratkan kehadiran Tuhan terejawantah melalui kebaikan.

Dari situ, mungkin kita akan terilhami bahwa cerpen Danarto menuntun kita untuk berefleksi bahwa pada akhirnya perjalanan spiritual menuju Tuhan bermuara kepada kebaikan. Dalam terik kemarau, kebaikan adalah angin dan embun yang menyejukan. Kita bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam gerak semesta. Kebaikan adalah laku hidup tulus membantu. Kebaikan pun menjelma (laku) kita.

Rujukan
Salim Hairus. 2022. Sayap Malaikat Danarto.Yogya: Penerbit Gading dan Danarto dkk.
Angels: A History. 2010. Angels: A History. New York: Oxford University Press.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.