kebudayaan ojhung dan steoreotipe terhadap orang madura - News | Good News From Indonesia 2023

Kebudayaan Ojhung dan Steoreotipe terhadap Orang Madura

Kebudayaan Ojhung dan Steoreotipe terhadap Orang Madura
images info

#LombaArtikelPKN2023
#PekanKebudayaanNasional2023
#IndonesiaMelumbunguntukMelambung
"mon lo’ bangal acarok jha’ ngako oreng Madhura" (jangan mengaku sebagai orang madura jika tidak berani untuk berkelahi)

Begitulah salah satu pepatah populer yang digunakan oleh orang Madura. Ungkapan tersebut seolah-olah memiliki konotasi negatif yang bermakna bahwa orang madura suka berkelahi untuk menyelesaikan masalah. Hal inilah yang kemudian melahirkan stereotipe dalam masyarakat yang menganggap bahwa orang madura adalah orang-orang yang keras. Padahal, sama halnya dengan suku lainnya, suku madura memiliki ciri khas dimana mereka adalah orang-orang yang pemberani dan berkelahi adalah bagian dari kebudayaan mereka.

Keberanian orang madura bisa kita perhatikan dari salah satu kebudayaannya yakni kebudayaan Ojhung. Ojhung merupakah salah satu kebudayaan suku madura yang berasal dari Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo. Situbondo sendiri adalah salah satu kabupaten di daerah Jawa Timur yang sangat kental dengan budaya maduranya. Mayoritas penduduk Situbondo juga merupakan orang madura sehingga tidak heran jika kebudayaan yang dianut masih beririsan dengan kebudayaan dari madura asli.

Lantas mengapa Ojhung menjadi simbol keberanian orang madura? karena kebudayaan ini dilakukan oleh dua orang pemain dimana keduanya bergantian memukul tubuh lawannya. Jika satu peserta memukul maka lawannya akan berusaha menangkis atau sebaliknya. Alat yang digunakan oleh pemain ojhung untuk memukul lawannnya adalah tongkat rotan. Dimana ketika dipukulkan pada tubuh lawan, tongkat tersebut akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan terkadang membuat tubuh lawan berdarah.

Setiap tradisi yang dilakukan tentunya memiliki tujuan, sama halnya dengan kebudayaan ojhung ini. Setidaknya terdapat lima tujuan mengapa tradisi ini

diadakan. Tujuan pertama adalah pada awalnya tradisi ini diadakan untuk mendatangkan hujan. Darah pemain yang menetes ke tanah merupakan simbol bahwa permohonan mereka telah diterima oleh Tuhan. Kedua, sebagai bagian dari pertunjukan Singo Ulung Situbondo, dimana biasanya pertunjukan Ojhung ini menjadi pertunjukan pembuka. Ketiga, Ojhung dipercaya sebagai sarana latihan kanuragan prajurit Majapahit. Keempat, sebagai bentuk permohonan masyarakat madura untuk terhindar dari bencana dan malapetaka. Kelima, seiring perkembangan zaman kini Ojhung sudah menjadi bagian dari seni pertunjukan yang umum ditampilkan di panggung atau arena terbuka.


https://www.pixoto.com/ahsanol

Layaknya sebuah pertandingan, pertunjukan Ojhung ini juga diawasi oleh seorang wasit yang disebut Kemlandang. Wasit ini bertugas mengawasi jalannya pertunjukan serta durasinya. Setiap pemain hanya dibatasi 3-5 kali adu cambuk. Ketika kedua pemain sudah berada di arena pertandingan, keduanya tidak langsung melakukan adu cambuk. Sebelum itu, mereka akan berhadap-hadapan dan berputar-putar sembari menghentakkan kaki seperti orang menari. Setiap gerakan yang dilakukan oleh pemain akan disesuaikan dengan irama iringan musik gamelan.

Keunikan dari tradisi Ojhung ini adalah bagaimana bisa para pemainnya tahan terhadap pukulan rotan di tubuhnya? Disinilah peran "dukun" atau orang yang memiliki kekuatan magis itu dibutuhkan. Para pemain ojhung bukanlah lelaki sembarangan. Sebelum masuk ke arena pertandingan mereka akan "diisi" oleh kekuatan ghaib sehingga mereka mampu tahan terhadap rasa sakit dari pecutan rotan tersebut.

Untuk apa orang berkelahi dijadikan sebagai pertunjukan?
Orang awam mungkin menganggap kebudayaan ini sebagai hal yang menakutkan dan terlalu ekstrim untuk ditampilkan. Hal ini juga kemudian melekat pada identitas orang madura yang dianggap sebagai orang yang keras dan menakutkan. Namun, nyatanya tradisi ini adalah tradisi yang turun temurun diwariskan oleh masyarakat madura dan nyatanya banyak makna yang dapat diperoleh dari adanya tradisi ini. Sama halnya seperti pertunjukan bela diri, demikian pula dengan Ojhung. Dengan segala stereotipnya, kebudayaan Ojhung merupakan kebudayaan yang pantas dilestarikan dan orang madura patutnya bangga memilikinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

US
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.