seni teater ego - News | Good News From Indonesia 2023

Menilik Geliat Seni Teater Ego di Kebumen, Jawa Tengah

Menilik Geliat Seni Teater Ego di Kebumen, Jawa Tengah
images info

Teater Ego adalah salah satu komunitas seni yang memiliki agenda di sektor teater, drama, tari, dan bermacam pertunjukan seni lainnya. Didirikan oleh Putut Ahmad Su'adi (Putut AS) pada 2005, teater ini banyak berkecimpung di kota asalnya, Kebumen, Jawa Tengah.

Meski rutin mengadakan pertunjukan di Kebumen tiap tahunnya, tidak menutup kemungkinan untuk tampil berkeliling ke daerah lainnya seperti Purwokerto, Banyumas, dan Cilacap. Anggota dari Teater Ego merupakan masyarakat dari berbagai kalangan, seperti guru, pengusaha, akademisi, hingga budayawan.

Oleh karena sifatnya yang terbuka, siapapun bisa ikut bergabung asalkan memiliki kemauan dan konsistensi dalam mengikuti acara-acara yang diselenggarakan oleh Teater Ego.

Tujuan berdirinya teater ini pada awalnya memang hanya atas kesadaran pribadi Putut AS untuk berkesenian. Selanjutnya, teater tersebut berubah menjadi pengabdian pada masyarakat untuk menyebarluaskan dunia seni. Awalnya anggota teater ini hanya bisa dihitung dengan jari, tetapi lama-kelamaan mulai banyak yang tertarik dan ikut bergabung.

Mahasiswa-mahasiswa yang merantau sebagai pelajar di luar kota dan tertarik pada teater juga akan mencari komunitas teater ketika mereka pulang ke kampung halaman. Teater Ego ini yang kemudian mereka jadikan 'rumah' untuk bersinggah dan berdiskusi.

Secara administrasi, Teater Ego tidak memiliki kantor sekretariat maupun sanggar. Diskusi dan perencanaan pentas, penyusunan naskah, hingga tata kelola panggung, semuanya dibicarakan secara fleksibel. Pengurus bisa menentukan tempat diskusi di satu rumah anggota ke rumah anggota yang lainnya.

Khususnya adalah Rumah Budaya Bumi Bimasakti yang beralamat di Jalan Masjid Nomor 19 Kauman, Kebumen. Rumah Budaya ini yang menjadi tempat para pekerja seni berdiskusi soal pekerjaan mereka. Mereka tidak hanya dari teater, tetapi juga tari, pelukis, dan pegiat seni rupa.

Musim Seni Salihara Bersemi Kembali: Hadirkan Diskusi dan Teater Boneka

Teater Ego dan Pertunjukan Teater

Panggung Teater
info gambar

Berdasarkan wawancara bersama Charis Mun'im, wakil ketua Teater Ego, komunitas ini telah banyak menampilkan pertunjukan baik di dalam maupun di luar kota. Biasanya, pertunjukan dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama adalah sore hari, khusus untuk pelajar karena biasanya pelajar akan mudah bosan jika penampilan diadakan pada malam hari.

Penampilan khusus untuk pelajar juga sebenarnya merupakan gladi bersih. Baru setelah masuk ke pertunjukan sesi kedua dikhususkan untuk umum. Tentunya, pelajar juga boleh turut menyaksikan untuk sesi umum.

Adapun pementasan yang bisa dikatakan paling spektakuler, baik dalam segi kerumitan penggarapan dan persiapannya, hingga tanggapan positif dari hadirin yang menonton adalah pertunjukan teater berjudul Tarmihiim yang naskahnya digarap langsung oleh sang pendiri.

Berasal dari nukilan surah Al-Fil ayat empat, Tarmihiim menceritakan kompleksitas kehidupan kiai yang selama ini tidak banyak diketahui orang. Di depan umum, lumrahnya kiai memiliki kehidupan rumah tangga yang baik, tenteram, dan bisa dijadikan teladan bagi pengikut dan masyarakat setempat.

Sayangnya, kiai yang menjadi tokoh sentral dalam Tarmihiim memiliki kehidupan rumah tangga yang berantakan. Setiap harinya hanya dipenuhi oleh adegan pertengkaran antara dirinya dan istrinya. Teater Ego berusaha mengusung topik yang berbeda dan 'menyentil' untuk diangkat ke permukaan agar penonton dapat mengambil pelajaran bahwa di dunia ini tidak ada yang memiliki kehidupan sempurna.

Mak Yong, Seni Teater Tradisional yang Menampilkan Budaya Melayu di Tiga Negara

Tarmihiim sendiri sudah dipentaskan di lebih dari tiga kota di Jawa Tengah dan mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai kalangan. Apabila Teater Ego hendak mengerjakan suatu pertunjukan lagi, mereka tetap membawa Tarmihiim ke dalam pembicaraan dan sesi diskusi sebagai komparasi karena pencapaiannya.

Teater Ego sendiri pernah memenangkan kejuaraan di beberapa event, salah satunya Juara 3 Lomba Dramatisasi Puisi yang diselenggarakan Kelompok Peminat Seni Sastra (Kopissa) Purworejo pada April 2010.

Lebih lanjut, pementasan terakhir Teater Ego adalah Terdampar. Pementasan yang berdurasi sekitar satu jam itu disaksikan oleh ratusan penonton, salah satunya adalah Staf Ahli Bupati Kebumen, RAI Ageng Susilo Handoko. Disutradarai oleh Putut AS dan asisten sutradara Mukhlis Syawali, Terdampar merupakan teater yang diadaptasi dari naskah karya dramawan Polandia, Slamowir Mrozek, yang berjudul Out of The Sea.

Dibumbui oleh komedi absurd yang mengeksploitasi keanehan masyarakat, Terdampar mencoba mengajak penonton untuk memahami bahwa setiap manusia terlahir berbeda. Ada yang lahir sebagai penguasa, bawahan atau rakyat jelata, hingga yang biasa-biasa saja. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu makan. Lantas, apa yang akan terjadi jika kebutuhan dasar itu habis? Kemudian muncul pertanyaan; siapa yang harus dikorbankan, penguasa, bawahan atau rakyat jelata, atau yang biasa-biasa saja?

Dalam lakon Terdampar, kondisi itu kemudian dianalogikan dengan tiga karakter yaitu gendut, sedang, dan kurus (yang terdampar di suatu tempat terpencil). Saat bahan makanan mereka habis, harus diputuskan siapa diantara mereka bertiga yang harus dimakan? Masing-masing membela diri sesuai dengan karakter dan ideologi yang berbeda untuk menyelamatkan diri sendiri.

Gendut menggambarkan penguasa penuh kewibawaan yang lalim. Sedang mengibaratkan bawahan penguasa yang licik dan mau cari aman sendiri. Sementara kurus menggambarkan rakyat jelata yang polos dan cenderung tertindas. Melalui adu argumentasi, ketiga tokoh utama ini, kritik sosial dilontarkan terhadap fenomena masyarakat kekinian. Dengan 'simbol' tersebut penonton juga diajak untuk berpikir dan menghayati fenomena perang ideologi demi kepentingan ideologi yang sering terjadi dalam kehidupan nyata.

Selain cerita Terdampar, sebagai media penyampaian kritik sosial, Teater Ego juga pernah mengadakan pementasan monolog. "Ya memang saya babu. Tapi justru itu saya hebat. Saya hebat karena berani mengambil keputusan untuk menjadi babu. Saya berani memilih keputusan untuk berada pada tempat terbawah dalam struktural manusia. Belum tentu semua orang menjadi manusia di bawah manusia..." begitu salah satu petikan monolog Sumarah.

Monolog Sumarah ditulis oleh Tentrem Lestari pada tahun 2004, bercerita tentang seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang sekarang dipopulerkan dengan istilah Pekerja Migran Indonesia (PMI). TKW itu diadili karena membunuh majikannya sehingga terancam hukuman mati. Dalam persidangan itulah Sumarah berbicara, mengeluarkan semua keluh-kesahnya tanpa mau disebut sebagai pembelaan.

Melihat 5 Periode Perkembangan Teater di Indonesia

Teater Ego di Tengah Masyarakat

Kembali lagi pada eksistensi Teater Ego sendiri, sebenarnya, respon masyarakat Kebumen terhadap teater cukup bagus. beberapa sudah banyak yang tertarik untuk ikut bergabung dan berdinamika.

Sayangnya, masih minim dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kebumen dan sponsor swasta sehingga pertunjukan tidak bisa digelar sesering mungkin (meski pada dasarnya Teater Ego selalu menelurkan pertunjukan baru tiap tahun).

Festival Teater Kebumen yang dulu sempat ramai diikuti oleh banyak komunitas teater dari penjuru Kebumen juga tidak lagi berjalan seperti sedia kala. Alhasil, meski banyak komunitas teater yang berdiri, hanya sedikit yang mampu bertahan. Salah satunya adalah Teater Ego.

Menurut Charis, kunci dari komunitas teater adalah keberanian dan keikhlasan anggotanya untuk terus berkarya dan berkesenian. Bukan masalah materi atau popularitas.

Upaya menggandeng pihak swasta untuk menjadi sponsor juga tidak mudah. Kalangan swasta masih memandang sebelah mata dan belum melihat pentas teater bisa dijadikan sarana promosi yang efektif. Jika bisa dikemas dengan menarik dan mengundang antusiasme penonton tentu akan menarik pihak swasta untuk menjadi sponsor.

Bukan tidak mungkin juga hal ini bisa mendorong Pemkab Kebumen untuk membangun gedung kesenian atau Taman Budaya Kebumen untuk menampung kegiatan seni budaya di Kebumen. Dewan Kebudayaan Daerah (DKD) Kabupaten Kebumen sendiri sudah cukup membantu meskipun sempat vakum.

Longser, Seni Teater Tradisional Penuh Banyolan dari Jawa Barat

Saat ini, anggota Teater Ego lebih berfokus pada memberikan bantuan ke sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang hendak mengadakan pagelaran teater atau pentas serupa. Mereka menyediakan fasilitas dan memberikan jasa untuk melatih pemain-pemainnya sebelum benar-benar tampil di atas panggung.

Mereka merasa bahwa pengabdian pada masyarakat tidak hanya berfokus pada penyelenggaraan teater saja, tetapi juga turut membantu orang-orang yang ingin berkesenian agar dapat membagi rasa, khususnya anak-anak muda yang di masa depan akan menjadi penerus dari kelanjutan Teater Ego.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FR
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.