Kota Batu, merupakan sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 90 km sebelah barat daya Surabaya atau 15 km sebelah barat laut Malang.
Kota Batu berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Wilayah kota ini berada di ketinggian 680-1200 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata mencapai 11-19 derajat Celsius.
Sejak abad ke-10 Kota Batu dan sekitarnya telah terkenal sebagai tempat peristirahatan bagi keluarga kerajaan. Pasalnya wilayah ini berupa pegunungan dengan kesejukan udara yang nyaman dan pemandangan alam indah.
Merujuk dari tulisan Zaenuddin HM dalam buku Asal-Usul Kota di Indonesia Tempoe Doeloe, daerah Batu ini termasuk wilayah Kerajaan Medang, Mataram Kuno yang berpusat di Jawa bagian timur, yakni di dekat Jombang dan Madiun.
Konon saat itu seorang petinggi kerajaan bernama Empu Supo diperintahkan membangun tempat peristirahatan keluarga kerajaan di dekat pegunungan. Akhirnya, Empu Supo menemukan kawasan yang kini dikenal sebagai Kota Batu.
Bakorwil III Malang Kawinkan Desa Wisata dengan Branding Foto dan Videografer
"Dengan upaya yang keras akhirnya Empu Supo menemukan suatu kawasan yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Wisata Singgoriti," beber Zaenuddin.
Empu Supo yang terkenal memiliki kesaktian mandraguna ini kemudian membangun kawasan Singgoriti sebagai tempat peristirahatan raja dan juga sebuah candi yang yang terkenal dengan nama Candi Supo.
Di tempat peristirahatan itu, mengalir mata air yang dingin dan sejuk seperti semua mata air di wilayah pegunungan. Sedangkan mata air ini juga sering digunakan orang untuk membersihkan keris bertuah sebagai benda pusaka dari Kerajaan Sendok.
Karena sering digunakan untuk membersihkan keris bertuah, mata air di sini dipercaya yang tadinya dingin dan sejuk berubah menjadi panas. Bahkan hingga kini mata air ini masih menjadi sumber abadi di kawasan Wisata Singgoriti.
Batu dan benang merah pasukan Diponegoro
Hingga kini baik melalui dokumen atau cerita-cerita orang terdahulu, belum bisa dilacak kapan wilayah ini disebut dengan nama "Batu". Walau ada beberapa kisah dari masyarakat setempat yang menyebut nama ini berasal dari seorang pengikut Pangeran Diponegoro.
Zaenuddin mencatat ulama pengikut Pangeran Diponegoro ini bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kiai Gubug Angin yang oleh masyarakat sering dipanggil Mbah Wastu. Dari kebiasaan masyarakat Jawa sering mempersingkat nama panggilan seseorang munculah nama Batu.
"Akhirnya lambat laun sebutan Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu menjadi Mbatu atau Batu sebagai sebutan bagi daerah yang berhawa dingin di Jawa Timur itu," ucapnya.
Dikisahkan Mbah Wastu ini adalah seorang pengikut setia Pangeran Diponegoro yang berasal dari Jawa Tengah. Tetapi harus hijrah ke Gunung Panderman untuk menghindari pengejaran dari pasukan Kolonial Belanda.
Setelah Perang Jawa berakhir pada 1830 seiring ditangkapnya Pangeran Diponegoro dengan cara licik oleh Belanda, dirinya tetap bertahan di kaki Gunung Panderman. Mbah Wastu lalu membuka hutan untuk memulai hidup baru.
Batu Street Food Festival: Baguette Rendang, Seperti Apa?
Dirinya kemudian tinggal bersama masyarakat untuk berbagi rasa, pengetahuan, dan ajaran yang diperolehnya sebagai pengikut Pangeran Diponegoro. Setelah itu mulai banyak penduduk sekitar yang berdatangan dan memulai berguru, menuntut ilmu serta belajar agama kepada Mbah Wastu.
Berkat keberadaan Mbah Wastu, masyarakat yang sebelumnya terpisah-pisah dalam berbagai komunitas dan tersebar mulai bersatu di sekitar wilayah lereng Gunung Panderman. Akhirnya setelahnya Mbah Wastu meninggal tempat ini lebih dikenal dengan nama Batu.
Tempat berlibur pelancong Belanda
Sebagai wilayah pegunungan yang memiliki panorama indah dan sejuk. Hal ini tentu menarik minat masyarakat untuk mengunjungi wilayah Batu, terutama bagi orang Belanda yang ingin menikmati suasana sejuk pegunungan.
Karena itulah pada abad ke-19, wilayah Batu telah menjadi tujuan wisata, khususnya bagi orang-orang Belanda. Sehingga mereka kemudian membangun vila-vila sebagai peristirahatan bahkan tempat tinggal.
Beberapa situs peninggalan Belanda masih berbekas bahkan menjadi aset kota Batu sebagai tujuan wisata. Mulai dari bekas bangunan kantor, rumah bahkan makam dengan nuansa khas Eropa, bernama Makam Dinger.
Begitu kagumnya Bangsa Belanda akan keindahan dan keelokan tempat ini, membuat mereka menjuluki kota ini sebagai Swiss kecil di Pulau Jawa. Apalagi banyaknya arsitektur dan bangunan bercorak Belanda yang masih ada hingga kini.
Bahkan karena panorama indah ini, dua proklamator bangsa, Soekarno dan Mohammad Hatta pernah mengunjungi Kota Batu setelah perang kemerdekaan. Bahkan khusus Bung Karno, dirinya tercatat dua kali mengunjungi tempat ini ketika zaman perang kemerdekaan.
Kota Wisata di Jawa Timur Ini Dipercaya Melaksanakan Kejuaraan Dunia Paralayang 2018!
Kunjungan pertama Bung Karno terjadi pada 1942, Kala itu bangsa Indonesia tengah menghadapi invasi Jepang. Soekarno tercatat “bertapa” 15 hari di Kota batu, tepatnya di Vila Bima Shakti, kompleks Taman Wisata Selecta, Tulungrejo, Bumiaji.
Berdasarkan sejarah, Bung Karno sewaktu menginap tidak banyak berbicara. Dirinya hanya menghabiskan waktu untuk berolahraga kecil dan memikirkan masa depan bangsa.
Dia beberapa kali keluar untuk menghirup udara segar khas Kota Apel. Kemudian pada tahun 1946, Bung Karno melakukan kunjungan kedua, kali ini dia membawa anak, istri, dan juga para pejabat pemerintah.
Bung Hatta juga tercatat menginap di Vila Bima Shakti tersebut. Bermula dari kunjungan itu nama nama Bima Shakti muncul dan dipertahankan hingga sekarang. Bahkan Bung Karno menuliskan kalimat dengan arti mendalam dengan ejaan lama.
Kenang-kenangan pada Selecta tetap hidup dalam ingatan saja. Bukan karena tamasja jang indah, tetapi djuga karena di Selecta itu beberapa putusan penting mengenai perdjoeangan negara telah saja ambil.
Kini Kota Batu telah berkembang menjadi salah satu kota wisata di Jawa Timur. Di sini ada beragam tempat wisata yang bisa dinikmati oleh para turis lokal maupun internasional, seperti Wisata Gua di Cangar dan Tlekung, Pemandingan Songgoriti dan Selecta, dan masih banyak lagi.
Batu yang semula termasuk salah satu kecamatan di Kabupaten Malang. Pada 6 Maret 1993, kemudian ditetapkan menjadi kota administratif, dan sejak tanggal 17 Oktober 2001, wilayah ini resmi berstatus kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News