hut gereja wates di rayakan dengan tradisi kenduri - News | Good News From Indonesia 2018

HUT Gereja Wates di Rayakan dengan Tradisi Kenduri.

HUT Gereja Wates di Rayakan dengan Tradisi Kenduri.
images info

Hari Ulang Tahun (HUT) Gereja Katolik Bunda Maria Penasihat Baik di Wates, Kulan Progo, Yogyakarta, dirayakan dengan tradisi Kenduri. Kenduri merupakan tradisi masyarakat Jawa yang sudah lama hidup. Dalam tradisi ini mereka mengucap syukur, selamatan, hingga memanjatkan pengharapan secara Bersama demi masa depan yang baik.

Hari Ulangtahun Gereja Bunda Maria Penasihat Baik ini menghadirkan ratusan orang yang meimiliki latar belakang agama yang berbeda. Banyak warga dari kelompok Islam, Kristen, Buddha, dan Hindu, dan ada juga dari penghayat kepercayaan turut hadir di Gereja Bunda Maria Penasihat Baik.

Pelaksanaan kenduri pada HUT ini sedikit berbeda karena do’a ucapan syukur yang di panjatkan berbeda-beda sesuai dengan agama masing-masing.

Mereka sekaligus mengucap syukur atas kerukunan antar-umat beragama di Wates. Hening tercipta saat tiap perwakilan agama dan penghayat kepercayaan memanjatkan doa. “Ini wujud serawung atau bergaul dengan masyarakat demi membangun peradaban kasih di masa depan,” kata Nugroho Agung, Pastor Paroki Gereja Katolik Wates, Rabu (25/4/2018) dilansir dari kompas

Semua gereja juga melakukan hal serupa, ujar Agung. Selain mengucap syukur, tujuannya lain yaitu semakin tercipta kerukunan antar-warga dengan latar berbeda, penuh dengan kasih, sejahtera, beriman, dan bermartabat.

Tradisi Kenduri dipilih untuk mempertahankan budaya tradisi di kalangan masyarakat Kulon Progo yang gemar menonjolkan budaya. Tradisi dan kebudayaan itu selalu dipertahan di berbagai aspek di kehidupan warga di tengah kemajuan dan tantangan di KUlon Progo.

Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo mengatakan, kearifan dalam masyarakat ini merupakan identitas. “Ini bisa jadi identitas komunitas dalam masyarakat di kabupaten kita, sekaligus memperkuat keistimewaan Yogyakarta,” kata Sutedjo.

Kegiatan Kenduri diadakan di Wisma Persaudaraan Sedjati, Kenduri tidak lengkap tanpa adanya tumpengan. Yaitu menu makanan Nasi yang di tata mnyerupai gunung kerucut dan lauk pauk seperti ayam yang di masak utuh (tidak dipotong), serta sayuran yang matang.

“Tumpeng, lauk dan sayur, juga ingkung itu merupakan simbol ucapan syukur kepada Tuhan. Jangan dianggap sesaji,” kata Daryono, Ketua Penghayat Kepercayaan Paguyuban Iklasing Budi Murko.


Sumber:regional.kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.